twitter




Tingkat pengetahuan remaja di Indonesia tentang kesehatan reproduksi masih rendah, khususnya dalam hal cara-cara melindungi diri terhadap  resiko kesehatan reprodulksi, seperti pencegahan KTD, IMS dan HIV/AIDS. Hasil Survei Kesehatan Reprodksi Remaja (SKRRI) tahun 2002-03 yang dilakukan oleh BPS memperlihatkan bahwa tingkat pengetahuan dasar penduduk usia15-24 tahun tentang cirri-ciri pubertas sudah cukup baik, namun dalam hal pengetahuan tentang masa subur, resiko kehamilan dan Anemia relative masih rendah.
Tingkat pengetahuan penduduk usia 15-24 tahun tentang beberapa isu Kesehatan Reproduksi, Indonesia, 2002-03




Tingkat pengetahuan penduduk usia 15-24 tehun tentang beberapa isu Kesehatan Reproduksi Indonesia
Karakteris-tik
Presentase penduduk yang mengetahui dengan benar tentang
Cirri pubertas pada laki-laki
Cirri pubertas pada perempuan
Masa subur perempuan
Resiko hamil jika sekali berhubungan
Anemia
Laki-laki
80.2
70.2
20.4
46.1
65.7
Perempuan
80.8
90.1
30.7
43.1
44.9

Demikian pula pengetahuan remaja tentang IMS dan HIV/AIDS masih sangat rendah. Gencarnya informasi tentang HIV/AIDS selama ini nampaknya mampu meningkatkan pengetahuan remaja secara segnifikan tentang penyakit tersebut, apalagi sampai dengan perubahan perilaku. Apa yang telah banyak dilakukan selama ini nampaknya baru kesadaran di kalangan remaja bahwa fenomena HIV/AIDS ada di sekitar mereka. Masih sangat sedikit remaja yang memiliki pengetahuan yang benar tentang seluk beluk HIV/AIDS. Kondisi yang sama juga berlaku untuk IMS.
Tingkat pengetahuan penduduk usia 15-24 tahun tentang beberapa isu HIV/AIDS dan IMS, Indonesia,2002-03
Tingkat pengetahuan penduduk usia 15-24 tehun tentang beberapa isu HIV/AIDS dan  IMS, Indonesia, 2002-03

Karakteris-tik
Presentase penduduk

Pernah dengar HIV/AIDS
Percaya HIV/AIDS dapat dihindari
Mengetahui 1 cara menghindari HIV/AIDS
Mengetahui 2 cara menghindari HIV/AIDS
Pernah dengar IMS
Dapat menyebutkan gejala IMS
Laki-laki
82.1
65.6
36.6
10.7
40.0
30.0
Perempuan
87.7
70.1
32.8
9.9
30.0
20.0

Survey yang pernah dilakukan oleh Lembaga Demografi-Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada tahun 1999 dan 2003 membuktikan bahwa pemberian informasi seksualitas tidak terbukti mendorong remajamencoba atau menjadi aktif untuk melakukan hubungan seks. Pemberian informasi atau pelatihan yang benar tidak mengajar remaja melakukan hubungan seks atau berprilaku seksual aktif. Peneliti ini mempunyai temuan yang sama dengan beberapa survey di berbagai negara.

0 comments:

Post a Comment

Terima Kasih, Semoga bermanfaat


Angger Withea. Powered by Blogger.