twitter


METODE DAN INSTRUMEN RISET PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

  
1.      Pendahuluan

1.1. Latar Belakang
Sunarto & Hartono (1994: 1) menjelaskan bahwa manusia dikenal sebagai makhluk yang berpikir (homo sapiens), makhluk yang berbuat (homo faber), makhluk yang dapat dididik (homo educandum) dan lain sebagainya. Dari pandangan tersebut dapat diketahui bahwa manusia adalah makhluk yang kompleks. Jadi yang dimaksud  manusia secara utuh adalah manusia dengan sifat yang seimbang dari segi individu dan sosial, jasmani dan rohani, serta dunia dan akhirat. Karena manusia adalah makhluk yang kompleks tentunya manusia ini dalam hidupnya akan mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan. Menurut Sunarto & Hartono (1994: 3) pertumbuhan digunakan untuk menyatakan perubahan-perubahan kuantitatif mengenai fisik maupun biologis, sedangkan perkembangan digunakan untuk perubahan-perubahan kualitatif mengenai aspek psikis atau rohani dan aspek sosial.
Gambar :Peserta Didik
                        Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa ada manusia ini juga merupakan makhluk yang dapat didik. Maka dari itu manusia membutuhkan pendidikan untuk keberlangsungan hidupnya. Pada saat itulah manusia memiliki kedudukan sebagai peserta didik. Peserta didik adalah setiap individu yang melakukan suatu kegiatan untuk memperoleh ilmu pengetahuan untuk membentuk kepribadiannya menjadi lebih baik. Setiap peserta didik ini juga mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan tersebut akan menyebabkan perbedaan karakteristik setiap peserta didik. Sunarto & Hartono (1994: 4) setiap individu memiliki cirri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan .
Seorang guru ataupun tenaga pendidik merupakan seorang yang harus mendidik setiap peserta didiknya dan memajukan dari yang tidak bisa menjadi bisa. Namun demikian, setiap peserta memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga kemampuan mereka pun tidak sama. Dalam masalah ini, seorang tenaga pendidik akan dituntut bisa menghadapi situasi yang sedemikian rupa, karena beda karakter pasti beda pula cara menangani. Dari masalah inilah, seorang guru penting untuk mengetahi sejauh mana siswanya berkembang dan apa saja yang harus dilakukan serta apa saja yang diperlukan untuk melaksankan hal tersebut. Maka dari itu sangatlah penting bagi tenaga pendidik untuk memahami metode dan instrumennya yang akan diuraikan dalam bab pembahasan.

1.2. Rumusan Masalah
1)     Bagaimanakah definisi metode untuk mempelajari perkembangan peserta didik?
2)     Bagaimana jenis desain penelitian untuk mempelajari perkembangan peserta didik?
3)     Bagaimana jenis pendekatan penelitian untuk mempelajari perkembangan peserta didik?
4)     Bagaimanakah definisi dan jenis instrument riset perkembangan peserta didik?

1.3. Tujuan
1)     Menjelaskan definisi metode untuk mempelajari perkembangan peserta didik.
2)     Menjelaskan jenis desain penelitian untuk mempelajari perkembangan peserta didik.
3)     Menjelaskan jenis pendekatan penelitian untuk mempelajari perkembangan peserta didik.
4)     Menjelaskan definisi dan jenis instrument riset perkembangan peserta didik.


2.      Pembahasan

2.1 Definisi Metode dalam Perkembangan Peserta didik
Dalam kehidupan sehari-hari, kata metode sangat sering kita dengar dalam dunia keilmuan. Metode menurut Wiradi (carapedia.com, 2015) Metode adalah seperangkat langkah (apa yang harus dikerjakan) yang tersusun secara sistematis (urutannya logis). Metode berasal dari Bahasa Yunani methodos yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka, metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Jadi metode ini sudah mencakup desain, pendekatan maupun instrumen.
Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan, atau bagaimana cara melakukan atau membuat sesuatu (wikipedia, 2013).Singkatnya metode merupakan cara berpikir atau cara apa yang harus dilakukan agar dapat mendapat sesuatu yang menjadi tujuan. Seorang tenaga pendidik atau sebut saja misalnya seorang guru akan selalu menggunakan metode dalam mengajar siswa dan sebagai cara untuk mengetahui sejauh mana ia (guru tersebut) dapat memberikan sebuah kemajuan atau perubahan. Cara yang guru tersebut pakai ialah sebuah metode dalam mengamati siswa. Kesimpulannya, dalam mengamati apa yang terjadi atau untuk mengamti perkembangan peserta didik, seorang tenaga pendidik pastilah memakai sebuah metode atau dapat juga disebut sebagai strategi dalam usaha mencapai sebuah tujuan.

2.2 Desain Penelitian untuk Perkembangan Peserta Didik
2.2.1 Desain Eksperimen
Desain eksperimental memungkinkan para peneliti menentukan secara tepat sebab-sebab perilaku (Santrock, 2002:59). Sesuai dengan namanya, metode ini dilaksanakan dengan suatu eksperimen. Dengan metode ini, para peneliti dapat menentukan hampir dengan tepat sebab-sebab terjadinya perubahan atau perilaku karena mereka menggunakan variable yang dapat dimanipulasi oleh mereka sendiri. Setiap perubahan hampir pasti diketahui karena tercatat secara teratur dengan mengamati eksperimen tersebut. Terdapat dua jenis variable yang digunakan yaitu Variabel bebas dan Variabel terikat.
Variabel bebas (Independent Variable) ialah faktor eksperimental yang dimanipulasi dan yang berpengaruh dalam eksperimen. Label bebas digunakan karena variable ini dapat diubah secara bebas dari factor lain (Santrock, 2002 : 65 ). Jadi variable ini merupakan bebas dan perubahannya tidak terikat oleh variable lain, variable ini bebas diubah oleh para peneliti. Perubahan variable yang dilakukan tentunya bukan tanpa sebab. Perubahan variable dilakukan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan apa saja yang dapat terjadi pada suatu eksperimen jika variabel yang mempengaruhi berbeda. Variable yang kedua  adalah variable terikat (Depentdent Variable) ialah factor yang diukur dalam suatu eksperimen; factor itu dapat berubah karena manipulasi variable bebas. Label terikat digunakan karena variable ini bergantung pada apa yang terjadi pada subyek dalam eksperimen (Santrock, 2002:66).Variabel ini dapat berubah akibat pengaruh dari variable bebas.
Contoh penerapan metode ini misalnya ketika kita ingin mengetahui pengaruh jam belajar siswa terhadap nilai yang diperoleh siswa. Kita mengatur durasi belajar bagi beberapa siswa. Durasi belajar ini merupakan variable bebas karena tidak terpengaruh variable lain. Lamanya durasi belajar siswa juga bebas kita atur. Setelah melaksanakan belajar dengan durasi yang telah ditentukan tadi maka kita amati nilai siswa (nilai sebagai variable terikat ). Apakah durasi siswa yang belajar lebih lama dapat membuat siswa meraih nilai baik atau sebaliknya, atau justru tidak berpengaruh sama sekali.
Metode eksperimental memang dapat membantu kita dalam menentukan secara lebih tepat terhadap sesuatu objek pengamatan, namun metode ini tidak dilakukan dengan mudah. Pengamatan dan pencatatan yang ketat harus dilakukan. Masalah selanjutnya yang dihadapi ketika menerapkan metode ini ialah keadaan diluar kemampuan para peneliti. Terkadang ada hal-hal yang berada diluar kendali peneliti sehingga tidak dapat memungkinkan peneliti mengendalikan variable.

2.2.2       Desain Non – Eksperimen
a.      Korelasi
Dalam buku Life Span Development, Santrock berpendapat sebagai berikut :
Strategi Korelasional, tujuannya ialah menggambarkan kekuatan relasi antara dua atau lebih peristiwa atau karakteristik. Strategi ini sangat berguna karena semakin kuat peristiwa dikorelasikan (diihubungkan atau diasosiasikan), semakin efektif kita dapat meramalkan salah satu peristiwa atau ciri dari peristiwa atau ciri lain. (Santrock, 2002 : 64)
Dari metode ini, dapat dipahami bahwa suatu peristiwa berakibat pada peristiwa lain atau suatu peristiwa menyebabkan peristiwa lain. Terdapat hubungan atau kausalitas dalam setiap kejadian sehingga kita dapat menyimpulkan apa yang terjadi lewat penalaran. Yang juga harus diperhatikan dalam hal ini ialah penggambaran kekuatan relasi atara dua atau lebih peristiwa atau karakteristik.
Jadi kita harus mengetahui seberapa besar/kuat relasi yang akan memudahkan kita untuk mengamati apa yang terjadi selanjutnya karena terdapat hubungan kausalitas. Contohnya ialah jika seorang siswa malas belajar, mereka akan mendapatkan nilai jelek. Dari hal ini kita harus memahami relasi antar siswa yang malas dan nilai jeleknya. Apakah kemalasan siswa tersebut membuatnya mendapat nilai jelek atau sebaliknya yaitu karena mendapat nilai jelek maka siswa tersebut menjadi malas belajar atau juga ada factor lain yang menyebabkan siswa malas belajar seperti factor ketiadaan bahan belajar atau tidak cocok dengan guru mata pelajaran dan lain sebagainya.
b.      Deskriptif
Seluruh metode pengumpulan data yang telah kita diskusikan dapat digunakan dalam penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk mengamati dan merekam perialku. Secara otomatis, penelitian deskriptif tidak dapat membuktikan apa yang menyebabkan suatu fenomena, tetapi mengungkapkan informasi penting tentang perilaku seseorang (Santrock, 2007 : 64).  Jadi metode ini hanya mengungkapkan deskripsi dan informasi tentang sesuatu secara lebih mendalam dan bukan untuk mencari penyebab suatu perilaku atau peristiwa. Misalnya, jika kita mengamati seorang anak yang mempunyai nilai bagus, maka akan dideskripsikan bahwa anak itu mempunyai nilai bagus, mampu menguasai materi dengan baik dan deskripsi mendetail tentang keadaan anak yang mempunyai nilai bagus tersebut. Namun metode ini tidak mencakup apa penyebab anak tersebut dapat mempunyai nilai yang bagus.

c.       Komparatif
Penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena (Nazir dalam Mohammad Rosyid, 2014).  Komparatif juga bersifat membandingkan persamaan dan perbedaan dari objek yang diteliti. Cara ini hampir mirip dengan deskriptif tetapi perbedaannya bahwa cara ini menganalisis penyebab terjadi atau mengapa suatu fenomena muncul, berbeda dengan deskriptif yang tidak mencakup hal-hal tersebut, itulah perbedaan antara keduanya. Misalnya ialah seperti diuraikan diatas tentang anak yang mempunyai nilai bagus dengan anak yang mempunyai nilai jelek. Dalam metode komparatif akan menguraikan juga tentang penyebab dan perbandingan keduanya seperti penyebab mempunyai nilai baik ialah  tersedianya bahan yang dipelajari dan jam belajar siswa disertai dengan kemampuan menerima materi dengan baik. Sebaliknya penyebab nilai jelek ialah tidak tersedianya bahan bacaan maupun kurangnya kemampuan menerima materi dengan baik.

2.3     Pendekatan Penelitian untuk Memahami Perkembangan Peserta Didik
2.3.1       Pendekatan Lintas-Seksional
Pendekatan lintas seksional ialah suatu strategi penelitian yang membandingkan individu-individu yang berbeda usia pada suatu kesempatan (Santrock, 2002 : 61). dalam metode ini para peneliti akan meneliti beberapa individu dengan variasi usia yang berbeda-beda. Dari usia yang berbeda-beda ini akan dibandingkan bagaimana perbedaan mereka dalam beberapa hal. Penelitian ini akan lebih efisien karena untuk mengamati tahapan kehidupan manusia misalnya peneliti tidak perlu menunggu seseorang untuk mencapai usia tertentu. Contoh penerapannya misalnya ketika kita ingin mengamati perkembangan peserta didik usia 5 – 15 tahun maka diambil masing – masing 2 orang anak dari setiap anak berusia 5 sampai 15 tahun. Setelah itu kita mengamati hal-hal apa saja atau perkembangan apa saja yang terjadi pada tiap-tiap usia 5 hingga 15 tahun dari anak-anak yang dijadikan contoh tadi. Namun jika ada kelebihan pastilah ada kekurangan.Kekurangan dalam metode ini adalah bagaimana sebuah proses perkembangan terjadi, bagaimana progress atau regressnya tentu akan sulit dilihat karena yang diketahui adalah hasilnya.

2.3.2       Pendekatan Longitudinal
Pendekatan Longitudinal (Longitudinal approach) ialahsuatu strategi penelitian yang mempelajari individu yang sama selama suatu periode waktu, biasanya beberapa tahun atau lebih (santrok, 2002 : 52). Pendekatan ini memakan waktu yang lama tetapi proses perubahan yang terjadi pada seseorang akan lebih terlihat jelas karena peneliti mengamati objek yang sama dan dengan jangka waktu tertentu. Penerapan pendekatan ini dalam meneliti perkembangan anak dari usia 5 hingga 15 tahun dengan cara mengambil misal 2 orang anak yang berusia 5 tahun. Maka kita amati apa saja yang terjadi atau perubahan/perkembangan yang terjadi hingga 2 orang anak tersebut berusia 15 tahun. Hal ini membuat peneliti akan dapat lebih jelas melihat perubahan-perubahan yang terjadi beserta proses terjadinya, namun penelitian dengan model pendekatan ini membutuhkan waktu yang sangat lama.

2.3.3       Pendekatan sekuensial
Pendekatan sekuensial (Sequential approach) ialah kombinasi rancangan lintas seksional dan longitudinal. Dalam banyak hal, pendekatan ini mulai dengan studi lintas seksional yang mencakup individu dari usia berbeda. Berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah pengukuran awal, individu yang sama diuji lagi – ini merupakan aspek longitudinal dari rancangan. Pada waktu selanjutnya, sekelompok subyek baru diiukur pada masing-masing tingkat usia (santrock, 2002: 52). Jadi dalam pendekatan ini, peneliti memadukan dua cara secara bertahap sehingga informasi yang tidak diperoleh dari pendekatan longitudinal maupun lintas seksional dapat diketahui menggunakan pendekatan ini. Misalnya untuk meneliti perkembangan peserta didik usia 5 hingga 15 tahun kita melaksanakan penelitian dengan cara mengambil masing-masing 2 orang dari setiap usia 5 hingga 15 tahun setelah itu kita amati perkembangan apa saja yang terdapat pada tiap usia (pendekatan cross-sectional). Setalah itu individu yang sama misalnya 2 orang dari usia 5 tahun kita amati kembali hingga usia mereka mencapa 15 tahun ( pendekatan longitudinal). Dengan cara ini kita dapat mengetahui dengan lebih jelas dan valid.

2.4     Definisi Dan Jenis Instrument Riset Perkembangan Peserta Didik
Menurut Suyanto dan Sutinah (2008:59) instrument riset adalah perangkat untuk menggali data primer dari responden sebagai sumber data terpenting dalam sebuah penelitian survey. Semua jenis instrument penelitian ini berisi rangkaian pertanyaan mengenai suatu hal atau suatu permasalahan yang menjadi tema pokok penelitian.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian pengumpulan data adalah proses, cara, perbuatan mengumpulkan, atau menghimpun data. Sedangkan instrumen adalah sarana penelitian (berupa seperangkat tes, dsb) untuk mengumpulkan data sebagai  bahan pengolahan.
            Menurut Suharsini Arikunto dalam Kholifah instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegitannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata dalam Kholifah menyatakan bahwa instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk merekam pada umumnya secara kuantitatif keadaan dan aktivitas atribut-atribut psikologis. Jadi dari beberapa definisi tersebut dapat diketahui bahwa instrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk mempermudah dalam memeperoleh informasi (data) dalam melakukan sebuah penelitian.
            Data sendiri menurut sifat dan bentuknya dibagi menjadi dua yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka sedangkan data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata atau susunan dari kalimat-kalimat. Menurut Sugiyono dalam Kholifah teknik pengumpulan data kuantitatif dapat dilakukan dengan cara interview (wawancara), kuisioner(angket), dan observasi atau pngamatan. Adapun untuk pengumpulan data kualitatif dapat dilakukan dengan cara interview (wawancara), observasi (pengamatan), dokumen dan triangulasi. Pada dasarnya teknik atau cara pengumpulan data kualitatif ataupun kuantitatif adalah hampir sama hanya ada beberapa cara yang mungkin dapat digunakan pada pengumpulan data kualitatif namun tidak dapat digunakan pada data kuantitatif.

      Penjelasan mengenai teknik atau cara pengumpulan data adalah sebagai berikut.
a.      Wawancara (interview) dan Kuisioner
Menurut Singaribun (1928: 145) wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi. Dalam proses ini hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang berinteraksi dan mempengaruhi arus informasi. Faktor- faktor tersebut adalah pewawancara, responden, topik penelitian yang tertuang dalam daftar pertanyaan dan situasi wawancara.
            Menurut Santrock (2002: 56) cara terbaik dan tercepat untuk memperoleh informasi dari seseorang adalah dengan meminta informasi kepada orang tersebut. Para pakar psikologi menggunakan wawancara dan kuisioner untuk mengetahui pengalaman serta sikap dari individu.
            Menurut Esterberg dalam Kholifah mendefinisikan interview sebagai a meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting in communication and joint construction of meaning about a particular topic. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa wawancara adalah pertemuan dua orang yang melakukan pertukaran informasi dengan cara bertanya dan menjawab, sehingga dapat memperoleh makna dari suatu topik.
            Model dari wawancara ternyata juga beragam mulai dari wawancara yang tidak terstruktur hingga wawancara yang terstruktur. Menurut Esterberg dalam Kholifah wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang dimana peneliti tidak menggunakan pedoman berupa pertanyaan secara sistematis dalam pengumpulan datanya. Adapun wawancara semistruktur adalah pelaksanaan wawancara lebih bebas, dengan tujuan menemukan permasalahn secara lebih terbuka dimana responden dimintai pendapat dan ide-idenya. Sedangkan wawancara tersruktur adalah dimana pewawancara (peneliti) sudah mengetahui perkiraan informasi apa saja yang akan diperoleh, sehingga pertanyaannya sudah dipersiapkan beserta alternatif jawabannya. Biasanya untuk meneliti perkembangan peserta didik dapat dilakukan wawancara langsung ke peserta didiknya atau bisa wawancara melalui gurunya. Apabila langsung kepada peserta didiknya maka peneliti bisa mendapat informasi yang lebih akurat.
            Dengan menggunakan metode wawancara ini peneliti akan memperoleh informasi secara langsung. Jadi apabila ada jawaban dari responden yang kurang dimengerti bisa ditanyakan langsung pada saat itu. Perolehan informasi akan lebih akurat dan mendalam. Namun sayangnya dengan metode wawancara ini peniliti tidak dapat menjangkau banyak orang, karena biasanya wawancara dilakukan secara face to face.
            Selanjutnya adalah kuisioner, menurut Santrock (2002: 56) kuisioner ini hampir mirip dengan wawancara terstruktur hanya saja pertanyaan yang diajukan kepada responden dituliskan di atas kertas jadi responden tidak menjawab secara verbal kepada pewawancara namun menuliskannya dalam kertas tersebut. Adapun keuntungan dari cara ini adalah peneliti dapat menjangkau banyak orang karena tidak harus dilakukan secara face to face. Namun terkadang jawaban dari responden kurang akurat karena mungkin pertanyaan kurang spesifik atau responden kurang bisa memahaminya.
b.      Observasi (pengamatan)
            Observasi ini memiliki ciri yang lebih spesifik dibandingkan dengan wawancara dan kuisioner karena observasi tidak hanya menggunakan objek manusia tetapi juga alam. Menurut Sutrisno Hadi dalam Kholifah observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara proses yang paling penting adalah pengamatan dan ingatan.
            Berdasarkan proses pelaksanaannya observasi dapat dibagi menjadi dua yaitu observasi partisipan (participant observation) dan observasi non partisipan (non participant observation). Observasi partisipan adalah ketika peneliti ikut mengambil bagian dalam kehidupan orang-orang yang diobservasi. Sedangkan observasi non partisipan adalah ketika peneliti tidak ikut langsung dalam kehidupan orang yang diteliti melainkan hanya mengamati saja.
Adapun keuntungan dari observasi ini adalah peneliti dapat menegatahui banyak gejala yang terjadi secara langsung, dan hasil dari observasi lebih akurat serta sulit dibantah. Namun kekurangannya cara ini tidak dapat digunakan untuk meneliti sebuah peristiwa yang sudah berlangsung lama. Selain itu observasi ini sangat bergantung pada kemampuan pengamatan dan mengingat si peneliti. Untuk meneliti perkembangan peserta didik si peneliti dapat melakukan penelitian secara langsung di sekolah, taman bermain, penitipan anak ataupun tempat-tempat yang disukai anak. Dari pengamatan secara langsung ini si peneliti dapat langsung mengetahui bagaimana tingkah laku individu yang beragam.
c.       Tes terstandar
Menurut Aiken dalam Santrock (2007: 62) dari tes terstandarisasi ini memungkinkan pencapaian individu untuk dibandingkan dengan individu lainnya. Jadi dengan tes tersebut memberikan gambaran bagaimana kepribadian setiap individu. Tes terstandar ini biasanya dibuat oleh lembaga khusus atau lembaga resmi. Tes tersebut harus memenuhi syarat yang baik seperti validitasnya. Maksud dari standar disini adalah tes tersebut memiliki tolak ukur yang sama misalnya adalah tes tersebut dilakukan diwaktu yang bersamaan jadi kemungkinan kondisi peserta didik sama, diberikan pertanyaan-pertanyaan yang sama, memiliki waktu pengerjaan yang sama serta memiliki cara pengolahan hasil yang sama pula.
Contoh dari tes terstandar ini biasanya adalah tes intelegensi. Tes intelegensi ini dibuat oleh suatu lembaga resmi. Dalam tes intelegensi peserta didik diberikan berbagai persolan atau permasalahan yang harus diselesaikan. Persolan-persoalan yang diberikan memiliki tingkat kesukaran yang sama dan harus dikerjakan dalam waktu yang sama pula. Jadi dari hasil perolehan pengerjaan dapat diketahui bagaimana kecerdasan individu.
Menurut Gregory dalam Santrock (2007: 62) dijelaskan bahwa keuntungan utama dari tes terstandar ini adalah dapat memberikan informasi mengenai perbedaan individual antar manusia. Namun terdapat permasalahan juga dari pelaksaan tes terstandar ini, yaitu terkadang hasil tes tidak sesuai dengan kemampuan individu di luar tes. Biasanya individu tidak mendapat hasil rendah atau kurang maksimal dalam tes, namun di luar tes dapat memperoleh hal yang lebih baik. Permasalahan tersebut biasanya muncul karena adanya kecemasan pada individu. Maka dari itu terkadang hasil dari belum tentu menggambarkan kemampuan individu yang sebenarnya.
d.      Pengukuran Fisiologis
Menurut Susman & Dorn dalam Santrock (2007: 60) pengukuran fisiologis adalah penelitian biologi manusia, dengan menggunakan pengukuran fisiologis ini peneliti dapat memperoleh pengetahuan yang menakjubkan menegenai pikiran dan perilaku manusia. Pengukuran fisiologis ini digunakan untuk mengukur fungsi dari sistem sarat pusat, sistem saraf otonomi  dan sistem endokrin. Jadi dengan menggunakan pengukuran ini peneliti dapat mengetahui bagaimana fungsi dari biologis seseorang apakah sudah berfungsi dengan sempurna atau belum.
Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan tulang belakang. Dengan menggunakan pengukuran terhadap sistem saraf pusat ini peneliti dapat menegetahui informasi mengenai otak dan kinerjanya. Dengan menggunakan pengukuran ini juga dapat diketahui fungsi dari otak bahkan juga kerusakan pada otak. Selain sistem saraf pusat terdapat juga sistem saraf otonomi yaitu berkaitan dengan organ-organ yang ada di dalam tubuh manusia. Sitem saraf tersebut berfungsi untuk membawa pesan dari maupun ke organ dalam tubuh, memantau proses detak jantung, pernafasan serta pencernaan. Selanjutnya terdapat sistem endokrin yaitu terdiri dari sekumpulan kalenjar yang mengatur aktivitas organ-organ tertentu dengan memproduksi maupun melepaskan produk kimia yang disebut hormon ke dalam aliran darah.
Dari pengukuran beberapa sistem saraf tersebut peneliti dapat mengetahui kinerja otak seseorang, kelainan yang terjadi pada seseorang , tingkat emosi maupun fisik seseorang. Pengukuran fisiologis ini juga dapat digunakan pada peserta didik jika dibutuhkan.  Misalnya apabila seorang peneliti ingin mengetahui bagaimana masa pubertas pada anak-anak dapat diketahui dari perubahan tingkat hormon estrogen dan androgen pada anak tersebut.





3            Penutup
3.3     Kesimpulan
Metode merupakan cara berfikir atau cara yang harus dilakukan agar dapat mendapat sesuatu yang menjadi tujuan. Selanjutnya untuk mengetahui perkembangangan peserta didik ini juga terdapat beberapa desain yaitu Eksperimental sesuai dengan namanya desain ini menggunakan eksperimen dan non ekperimental yang terdiri dari korelasi, deskripti dan komparatif.
Pendekatan dalam penelitian perkembangan peserta didik juga diperlukan. Adapun jenis-jenis dari pendekatan antara lain adalah Lintas seksional adalah suatu strategi penilaian yang membandingkan individu yang berbeda. Lalu ada longitudinal approach dan yang terakhir adalah sekuensial approach.
Jenis instrumen riset perkembangan peserta didik dapat didefinisikan sebagai alat bantu yang dipilih dan digunakan peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data. Data dibagi menjadi dua yaitu kualitatif dan kuantitatif. Dalam pengupulan data tersebut terdapat beberapa cara yaitu wawancara, kuisioner, observasi, dan tes terstandar.
3.4     Saran
Dalam menangani peserta didik, pendidik harus lebih sabar dalam menanganinya, pendidik dapat menggunakan metode diatas agar bisa lebih mudah menangani para peserta didik yang beraneka ragam sifatnya. Karena jika salah dalam menanganinya maka akan berpengaruh pada perkembangan peserta didik di masa yang akan datang.


Daftar Rujukan
Carapedia. 2015.  Pengertian dan Definisi Metode Menurut Para Ahli. (Online), (http://carapedia.com/pengertian_definisi_metode_menurut_para_ahli_info497.html), diakses pada 27 Januari 2015.
Kholifah. Ummi.__. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitia. (http://e-journal. pengumpulan-data-dan-instrumen-penelitian_umi-kholifah_oke.com), (Online), diakses 28 Januari 2015.

Rosyid, Mohammad. 2014. Penelitian Komparatif. (http://pgsdberbagi.blogspot.com/2014/01/penelitian-komparatif.html), diakses pada 11 Februari 2015.
Santrock, John W. 1997. Life-Span Developmen: Perkembangan Masa Hidup (jilid 1). Terjemahan Damanik & Chusairi. 2005. Jakarta: Erlangga.
Santrock, John W. _. Child Development: Perkembangan Anak. Terjemahan Rachmawati & Kuwanti. 2007. Jakarata: Erlangga.
Singaribun, Masri. 1982. Metode Peneletian Survey. Jakarta: PT. Repro Golden Victory.
Sunarto & Agung Hartono, 1994. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Direktorat Jendral Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Suyanto, Bagoeng & Sutinah. 2008.  Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana.
Wikipedia. 2013.  Metode.(Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Metode), diakses pada 27 Januari 2015.







Sekilas tadi siang saya mendengarkan percakapan anak-anak SMA, mereka menyebut-nyebut Frienzone. Kedengarannya lucu memang. Ada yang kasih saran gini gitu sampai yang diberi saran kayaknya jadi bingung juga tuh …, Dan kamu sendiri tahu kah apakah itu Friendzone ?, yang pasti bukan nama merk sebuah minuman yak, kalau itu Mizone namanya hehehe. Frindzone sendiri sebenarnya adalah sebuah istilah yang sudah lumrah digunakan ketika membahas tentang hubungan antara pria dan wanita. Pembahasan ini saya lebih melihat dari kacamata seorang Pria tentunya kalau mau lihat pembahasan dari sudut pandangnya wanita, coba lihat di majalah femina kali aja ada di situ. Dan ini saya peruntukkan para sahabat saya yang pria. Kalau cewe yang ikut-ikutan nimbrung di sini malah jadi banyak nanyanya ntar hehehe.  Saya juga tidak ingin buru-buru beramsusi bahwa kamu sudah mengetahui definisi Friendzone ini. Pengertian kamu  terhadap apa yang akan saya bahas juga bergantung pada pengertian kamu terhadap friendzone ini, saya akan coba menyamakan definisi friendzone dengan kamu terlebih dahulu.


Ngomong-ngomong soal friendzone eh bukan ngomong dink, saya kan lagi ngetik yak tapi gak apa-apa lah biar enak kedengarannya heuheu.. ok serius sekarang. Friendzone sangat erat hubungannya dengan penolakan cinta jika dikaitkan dengan pendekatan terhadap wanita, ingat lo ya wanita bukan pria kalau sama-sama pria saya bingung bayanginnya hahaha. Kenapa begitu ?, Alasan paling umum yang digunakan wanita ketika menolak pria adalah “tak piker-piker koyoke awakdewe enakan koncoan ae” yang gak ngerti bahasa jawa, terjemahannya kira-kira begini bro “Aku pikir lebih baik kita berteman aja” atau bagaimanapun bentuk kalimat lain dengan maksud yang sama. Ketika wanita menolak dengan alasan  ini, terdapat 2 kemungkinan :
Yang pertama, Wanita tersebut menggunakan pertemanan sebagai alasan penolakan yang halus, atau Yang kedua, Kamu memang benar-benar terjebak dalam Friendzone.
Sebelum saya masuk ke dalam pembahasan yang lebih serius lagi, ada baiknya kita sama-sama telaah dulu apa sebenarnya friendzone ini.

Pada artikel lalu saya sempat membahas tentang peran gender,  berdasarkan peran gendernya seorang pria lebih banyak menggunakan sudut pandang logikanya, inilah juga kenapa pria cenderung mudah jatuh cinta. Pada dasarnya wajah yang cantik dan tubuh yang proposional adalah alasan yang sudah cukup logis bagi pria untuk jatuh cinta kepada seorang wanita. Bukankah begitu ?

Nah, sedangkan wanita berdasarkan peran gendernya lebih banyak menggunakan perasaan dan emosinya ketimbang logika. Ini yang membuat cara wanita memilih pasangan terkadang sedikit membingungkan bagi kebanyakan pria. Ini karena wanita tidak serta merta jatuh cinta terhadap seorang pria dengan wajah yang ganteng dan tubuh yang proposional. Wanita memilih pria dengan menggunakan emosi dan perasaannya. Ini adalah sebuah mekanisme alam yang adil, karena jika wanita juga memilih pria berdasarkan logikanya, mungkin kebanyakan pria akan mati jomblo, sementara sebagian kecil pria yang ganteng akan memiliki puluhan istri.

Tapi mekanisme ini juga bisa menjadi sebuah masalah kecil bagi pria yang tidak mengerti cara berurusan dengan perasaan wanita. Coba kita perhatikan di sosmed atau di lingkungan sekitar tentang keluhan pria. Salah satu contoh menganggap  bahwa wanita lebih suka cowo tajir, ganteng dan mereka mengumpat si wanita dengan gayanya, sementara si wanita menanggapinya pasti dengan kata-kata tidak semua wanita begitu hahahaha sebuah tanggapan yang klasik. Semoga pria tersebut bukan kamu bro heuheuhe. Wanita hanya jatuh cinta kepada pria ketika perasaannya mengatakan bahwa ia mencintai pria. Ketika seorang pria, dengan alasan apapun, gagal membuat seorang wanita merasakan cinta, pria tersebut akan dibuang ke dalam friendzone. Friendzone adalah kondisi dimana kamu hanya dianggap sebagai seorang teman, tidak lebih.

Lalu apa masalahnya jika sang target kamu menganggap kamu seorang teman ?, bukankah kamu bisa membuatnya jatuh cinta dalam pertemanan tersebut dan merubah status kamu dari teman menjadi pacar ?
Itu bisa saja terjadi pada pria memang, tetapi tidak semudah itu terjadi pada wanita. Wanita memiliki perasaan yang jelas dan tegas mengenai teman dan pacar. Bagi mereka, pacar bukanlah teman dan teman bukanlah pacar. Teman adalah pria yang bisa selalu dijadikan tempat curhat mengenai pacarnya, sementara pacar tidak harus selalu menjadi pria yang dijadikan tempat curhat mengenai teman prianya. Perbedaannya sangat jelas kan ?. tapi juga terkadang wanita bisa merasakan ini tetapi mereka tidak mengetahuinya. kebanyakan pria terjebak ketika si wanita ada permasalahan yang pelik dengan pacarnya, seorang pria tersebut masuk sebagai tempat curhat si wanita dan berharap si wanita mencintainya hehehe ini jenis pria konyol. Semoga ini bukan kamu lagi bro, jadilah pria yang tulus kalau memang niat bantu si wanita atau jadi tempat curhat yang baik jangan mengharapkan apapun dari wanita.

Perbedaan yang tegas ini membuat seorang pria akan sangat sulit keluar ketika sudah masuk dalam friendzone. Ketika dalam pendekatan kamu kepada seorang wanita, kamu terjebak ke dalam friendzone, satu-satunya cara untuk keluar adalah dengan menjadikan diri kamu sebagai pria yang bukan lagi temannya. Tapi ketika kamu keluar dari friendzone secara paksa seperti ini, besar kemungkinan kamu berakhir sebagai musuh.
Lalu kenapa banyak sekali pria yang terjebak dalam friendzone ketika melakukan pendekatan dengan seorang wanita ?

Jadi mudahnya gini bro, saya coba berikan skenario yang pada umumnya terjadi : kamu berkenalan dengan wanita yang kamu anggap menarik. Setelah perkenalan dan penjajakan, ia kemudian balas sms atau bbm kamu, menerima ajakan kamu untuk jalan dan menerima telpon kamu layaknya seorang gebetan pada umumnya. Signal positif demi signal positif telah ia berikan yang mengindikasikan bahwa ia tertarik kepada kamu. Pada tahap ini bisa saja kamu sudah sangat yakin akan keberhasilan kamu saat menembak si wanita tersebut nantinya. Tetapi ketika harinya datang, ia malah lebih memilih untuk menjadi teman ketimbang pacar. Tahu gak bro kenapa itu bisa sampai terjadi ?. ini karena friendzone pun bisa saja diawali oleh ketertarikan. Heuheuheu.
coba tonton video ini, kira-kira kamu bisa simpulkan gak, apa alasan si wanita sampai melakukan itu ?


Hal inilah yang pada umumnya membuat pria salah kaprah. Banyak pria yang tidak menyadari hal ini dan mengira bahwa ketertarikan awal seorang wanita kepadanya adalah benih-benih cinta. Ini salah besar. Ketertarikan awal seorang wanita kepada pria sebenarnya tidak lebih dari sekedar rasa penasaran saja. Ketertarikan awal seorang wanita kepada pria masih jauh dari jatuh cinta. Ketika kamu terjebak masuk ke dalam friendzone, ini berarti kamu berhasil membuat si target tertarik tapi kamu gagal membuatnya jatuh cinta. Ini bagaikan ikut perlombaan lari marathon, tapi kamu lari kearah yang salah. Friendzone adalah kegagalan besar dalam sebuah proses pendekatan. Hati-hati bro … heuheuheu
Itu dulu sedikit artikel dari saya bro, semoga menjadi refrensi 



perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat.


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Masa pubertas merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa yang dimulai umur 8 – 14 tahun.  Awal pubertas dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah bangsa, iklim, gizi dan kebudayaan.  Secara klinis mulai tumbuh ciri-ciri kelamin sekunder, misalnya : tumbuh rambut pubis, ketiak, timbul jerawat pada wajah, peningkatan berat badan dan tinggi badan, pada wanita mengalami pembesaran buah dada dan pada pria terjadi perubahan pada suara dan tumbuh  jakun. Sebagian besar remaja umur kawin pertama dalam usia belia (<19 tahun).
Pada masa puber  (13 tahun ke atas) adalah masa di mana mereka mencari jati diri dan arti dari hidup. Pada masa-masa ini pula remaja memiliki rasa ingin tahu yang begitu besar. Bisa dibilang karena rasa ingin tahunya yang besar, semakin dilarang, semakin penasaran dan akhirnya mereka berani untuk mengambil resiko tanpa pertimbangan terlebih dahulu.
Diera gobalisasi seperti yang kita alami saat ini, , remaja harus terselamatkan dari bahaya globalisasi. Karena globalisasi ini ibaratnya kebebasan. Sehingga banyak kebudayaan-kebudayaan yang asing yang masuk, sementara budaya tersebut tidak cocok dengan kebudayaan kita. Sebagai contoh kebudayaan seks bebas itu tidak cocok dengan kebudayaan kita. Pada saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang mengkuatirkan. Para remaja dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak jarang dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling berangkulan mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya. Mereka sudah mengenal istilah pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka merupakan salah satu bentuk gengsi yang membanggakan. Akibatnya, di kalangan remaja kemudian terjadi persaingan untuk mendapatkan pacar.
Seks bebas itu sendiri ada kaitannya dengan perilaku yang berdampak buruk terhadap kesehatan reproduksi.  Mereka tidak memikirkan akibat dari perbuatan yang tidak mempunyai status.
Oleh karena itu pemerintah harus mampu mengambil tindakan dan menyaring pengaruh yang berhak dan berdampak negatif bagi para remaja. Begitu pula peran remaja harus mampu mengendalikan diri dan menghindari hubungan seks pra nikah.
Salah satu faktor yang paling berpengaruh dalam perubahan perilaku remaja dalam urusan seks adalah masuknya budaya barat ke negara berkembang seperti Indonesia. Kita telah mengetahui bahwa sebagian besar bangsa barat adalah bangsa sekuler, seluruh kebudayaan yang mereka hasilkan jauh dari norma-norma agama. Hal ini tentunya bertentangan dengan budaya Indonesia yang menjujung tinggi nilai agama dan pancasila. Selain itu, Banyaknya media remaja yang getol menyajikan budaya Barat semakin mendekatkan remaja pada kehidupan serba boleh (permissif ) alias bebas berbuat selama tidak mengganggu orang lain. Termasuk dalam urusan seks. Karena di beberapa negara Barat, perilaku seks bebas remaja memang tinggi sekali. Mereka para orang negara barat menganggap bahwa seks bebas adlah suatu yang wajar, karna sebagian besar mereka disana melakukan seks bebas. Hal tersebut dapat terjadi karena tidak adanya budaya serta norma-norma yang mereka junjung, sedangkan di Indonesia sendiri ada budaya serta norma-norma yang harus kita junjung hal tersebut seharusnya dapat menjauhkan diri kita dari seks bebas.


B.     Batasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan yang ada pada kalangan remaja dan mahasiswa diperlukan suatu batasan masalah untuk dapat memberikan gambaran yang terarah, terperinci dan tidak menyimpang dari apa yang telah diuraikan dalam perumusan masalah, serta dapat memberikan pemahaman yang lebih baik.

C.    Rumusan Masalah
Perumusan masalah yang diambil dalam Seks Bebas Di Kalangan Remaja dan Mahasiswa adalah :
1.      Apakah yang dimaksud dengan seks bebas?
2.      Apakah faktor – faktor yang mendorong para remaja atau mahasiswa melakukan seks bebas?
3.      Apa akibat dari seks bebas?
4.      Apa yang harus dilakukan untuk mencegah seks bebas?
5.      Bagaimana Pandangan islam terhadap seks bebas?

D.    Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan seks bebas.
2.      Mengetahui faktor-faktor yang mendorong remaja melakukan seks bebas.
3.      Mengetahui akibat dari seks bebas.
4.      Mengetahui cara mencegah terjadinya seks bebas.
5.      Mengetahui hukum seks bebas dalam agama islam.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Defenisi Seks Bebas
Seks bebas merupakan hubungan yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan tanpa adanya ikatan perkawinan. Kita tentu tahu bahwa pergaulan bebas itu adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang, yang mana “bebas” yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma yang ada. Masalah seks bebas ini sering kita dengar baik di lingkungan maupun dari media massa. Remaja adalah individu labil yang emosinya rentan tidak terkontrol oleh pengendalian diri yang benar.
Kurangnya keimanan, masalah keluarga, kekecewaan, pengetahuan yang minim, dan ajakan teman-teman yang bergaul bebas membuat makin berkurangnya potensi generasi muda Indonesia dalam kemajuan bangsa. Padahal Generasi muda adalah tulang punggung bangsa, yang diharapkan di masa depan mampu meneruskan tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini agar lebih baik. Dalam mempersiapkan generasi muda juga sangat tergantung kepada kesiapan masyarakat yakni dengan keberadaan budayanya
Sedangkan remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 16 tahun sampai dengan 24 tahun. Seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Mereka sedang mencari pola hidup yang paling sesuai baginya dan inipun sering dilakukan melalui metode coba-coba walaupun melalui banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukan sering menimbulkan kekhawatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungan dan orangtuanya. Sedangkan mahasiswa sudah bisa dikatakan cukup dewasa.
Pada umumnya remaja dan mahasiswa melakukan hubungan seks bebas dengan pacarnya, karna kebanyakan dari mereka beranggapan bahwa pacar adalah calon suami yang berhak mendapatkan segalanya. Tidak ada salahnya jika kita mengatakan pacaran adalah sebagian dari pergaulan bebas. Karena saat ini pacaran sudah menjadi hal yang biasa bahkan sudah menjadi kode etik dalam memilih calon pendamping. Fakta menyatakan bahwa sebagian besar perzinahan disebabkan oleh pacaran. Bila kita menengok kebelakang tentang kebudayaan Indonesia sebelumnya, pacaran (berduaan dengan non muhrim) merupakan hal yang tabu. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa pacaran memang tidak dibenarkan dan tidak sesuai dengan budaya Indonesia, demikian juga dengan budaya islam.
Selain disebabkan oleh pacaran, seks bebas juga didominani oleh para remaja dan mahasiswa untuk mencari uang tambahan. Padahal untuk mencari uang masih banyak lagi jalan halal yang dapat mereka lakukan, pada dasarnya meraka melakukan seks bebas dengan alasan mencari uang adalah alasan sampingan, itu semua karena merekapun menyukai seks bebas tersebut tanpa berfikir akibat buruk yang akan mereka tanggung.  Pengertian pacaran dalam era globalisasi informasi ini sudah sangat berbeda dengan pengertian pacaran 15 tahun yang lalu. Akibatnya, di jaman ini banyak remaja yang putus sekolah karena hamil.
Oleh karena itu, dalam masa pacaran, anak hendaknya diberi pengarahan tentang idealisme dan kenyataan. Anak hendaknya ditumbuhkan kesadaran bahwa kenyataan sering tidak seperti harapan kita, sebaliknya harapan tidak selalu menjadi kenyataan. Demikian pula dengan pacaran. Keindahan dan kehangatan masa pacaran sesungguhnya tidak akan terus berlangsung selamanya. Dengan adanya kesadaran bahwa pacar bukanlah hak milik selamanya maka seorang remaja ataupun mahasiswa akan lebih berfikir ulang untuk melakukan seks bebas.

B.     Faktor Pendorong Terjadinya Seks Bebas

Dalam perkembangannya, kehidupan di jaman yang telah maju ini memiliki dampak bagi masyarakat terlebih lagi dalam pergaulan remaja masa kini. Pergaulan pada remaja masa kini telah jauh dari batas norma yang telah ditetapkan. Telah banyak penyimpangan  yang dilakukan oleh para remaja dalam pergaulannya, seperti seks bebas. Oleh karena itu tidak aneh jika jumlah penderita HIV/AIDS dan wanita terutama dari kalangan remaja/anak sekolah yang hamil di luar nikah. Hal ini di karenakan sekarang mereka sangat begitu  mudah memasuki tempat-tempat khusus orang-orang dewasa.
Bahkan sekarang pelakunya bukan saja mahasiswa dan anak SMA saja, namun sudah merambat sampai ke anak SMP. Sekitar 60-80% remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks, ancaman pola hidup seks bebas remaja secara umum baik di pondokan atau kos-kosan tampaknya berkembang semakin serius. Rata-rata mereka berusia 16-25 tahun, dan umumnya masih bersekolah di tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) atau mahasiswa. Namun dalam beberapa kasus juga terjadi pada anak-anak yang duduk di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Awal mula seorang remaja terjerumus ke dalam pergaulan bebas adalah salah bergaul dan mudah terpengaruh oleh temannya yang tidak benar. Kebanyakan remaja ini ingin di puji dan di katakan gaul oleh teman-temannya tanpa memikirkan dampak dan akibat yang berkelanjutan.Maksud dari salah bergaul adalah bukan berarti kita harus memilih milih dalam bergaul, kita boleh saja bergaul dengan siapa pun asalkan kita jangan mudah terpengaruh dan tetap berpegang teguh kepada norma-norma agama dan norma hukum yang berlaku,karena gaul tidak harus melakukan seks bebas.
Oleh karena itu kita sebagai remaja harus membiasakan berfikir panjang ke depan sebelum melakukan sesuatu hal, apalagi yang belum kita ketahui dampak baik dan buruknya bagi diri kita, keluarga dan orang lain.
Berikut Beberapa faktor yang mendorong para remaja untuk melakukan seks bebas adalah sebagai berikut:

1.      Karena kehidupan iman yang rapuh.
Kehidupan beragama yang baik dan benar ditandai dengan pengertian, pemahaman dan ketaatan dalam menjalankan ajaran-ajaran agama dengan baik tanpa dipengaruhi oleh situasi kondisi apapun. Seseorang dapat melakukan seks bebas karna kurangnya keimanan dalam dirinya. Oleh sebab itu sejak dini para remaja dan mahasiswa harus meningkatkan pengetahuan tentang agamanya sendiri, karna agama adalah tumpuan bagi hidup kita. Jika pengetahuan tentang agama saja minim, apalagi pengetahuan diluar agama tentu sangat minim.



2.      Kurangnya perhatian orang tua.
Orang tua sangat berperan penting dalam kehidupan seorang anak. Perhatian orang tua sangat diperlukan oleh seseorang karna orang tualah yang paling dekat dengannya. Bimbingan orang tua sangat berpengaruh pada tingkah laku seseorang. Apabila orang tua kurang memberi pengarahan serta pengetahuan maka seorang anak akan mudah terjerumus dalam kebiasaan berseks bebas.
Tetapi ada juga anak yang memang memiliki kepribadian buruk, walaupun orang tuanya sudah memberikan perhatian yang cukup serta pengarahan yang cukup pula, anak yang tergolong memiliki keprobadian buruk akan senantiasa tidak mendengarkan perkataan orang tuanya. Hal tersebut akan meninggalan penyesalan pada akhir perbuatan remaja atau mahasiswa tersebut.

3.      Lengkapnya fasilitas.
Fasilitas yang lengkap akan mempermudah seseorang untuk dapat melakukan seks bebas. Tetapi tergantung pada diri masing-masing, jika mampu menggunakan fasilitas yang diberikan orang tua dengan baik maka hal tersebut tidak akan terjadi. Jika seorang remaja atau mahsiswa memiliki fasilitas yang mendukung utnuk mereka melakukan seks bebas seperti rumah yang nyaman dari perhatian warga, maka perlakuan seks bebas akan mudah sekali terjadi.
Contohnya seperti kontrakan-kontrakan bebas yang bias digunakan oleh para remaja dan mahasiswa untuk melakukan seks bebas. Keadaan rumah yang selalu kosong juga dapat menjadi tempat seorang remaja atau mahasiswa melakukan seks bebas, oleh karena itu jangan biarkan si anak berduaan dirumah.

4.      Tekanan dari seorang pacar
Karena kebutuhan seorang untuk mencintai dan dicintai, seseorang harus rela melakukan apa saja terhadap pasangannya, tanpa memikirkan resiko yang akan dihadapinya. dalam hal ini yang berperan bukan saja nafsu seksual, melainkan juga sikap memberontak terhadap orang tuanya. Remaja lebih membutuhkan suatu hubungan, penerimaan, rasa aman, dan harga diri selayaknya orang dewasa, dan pemikiran seperti itu sangat banyak dijumpai.

5.      Pelampiasan diri.
Faktor ini tidak hanya datang dari diri sendiri, misalnya karena terlanjur berbuat, seorang remaja perempuan biasanya berpendapat sudah tidak ada lagi yang dapat dibanggakan dalam dirinya, maka dalam pikirannya tersebut ia akan merasa putus asa dan mencari pelampiasan yang akan menjerumuskannya dalam pergaulan bebas seperti seks bebas.

6.      Kurangnya pengetahuan tentang seks bebas.
Karena menganggap bahwa hubungan seks bebas adalah bentuk penyaluran kasih sayang dalam sebuah hubungan berpacaran. Kebanyakan dari mereka merasa tanpa seks kegiatan pacaran mereka tidak efektif, padahal pemikiran seperti itu adalah bentuk bujuk rayu setan. Tidak sedikit para remaja juga para mahasiswa berfikiran seperti itu.

7.      Rasa ingin tahu tentang sesuatu yang berbau seksual.
Pada usia remaja keingintahuannya begitu besar terhadap seks, apalagi jika teman-temannya mengatakan bahwa terasa nikmat, ditambah lagi adanya infomasi yang tidak terbatas masuknya, maka rasa penasaran tersebut semakin mendorong mereka untuk lebih jauh lagi melakukan berbagai macam percobaan yang tanpa mereka sadari bahwa percobaan tersebut berbahaya.

8.      Tontonan yang tidak mendidik.
Akibat atau pengaruh mengonsumsi berbagai tontonan bagi remaja sangat besar. Apa yang merka tonton, berkorelasi secara positif dan signifikan dalam membentuk perilaku mereka, terutama tayangan film dan sinetron, baik film yang ditonton di layar kaca maupun film yang ditonton di layar lebar. Acara televisi begitu berjibun dengan tayangan yang bikin ‘gerah’, Video klip lagu dangdut saja, saat ini makin berani pamer aurat dan adegan-adegan yang bisa meningkatkan  gairah para lelaki. Belum lagi tayangan film yang bikin otak remaja teracuni dengan pesan sesatnya.
Ditambah lagi, maraknya tabloid dan majalah yang memajang gambar sekitar wilayah dada, dan buka paha tinggi-tinggi, serta gambar yang tidak layak dilihat lainya. Konyolnya, pendidikan agama di sekolah-sekolah ternyata tidak menggugah kesadaran remaja untuk kritis dan inovatif. Oleh sebab itu sebaiknya tontonan yang mendidiklah yang harus diberika pada seorang anak sejak dini sehingga kelak saat remaja menjadi remaja yang baik.

9.      Pergaulan bebas.
Pergaulan bebas yang melewati batas seperti dugem, minum-minuman keras dan sebagainya akan berujung pada seks bebas. Karna pergaulan bebas dapat menyebabkan seseorang lupa diri, merasa tidak modern jika tidak mengikuti tren yang akan berujung pada seks bebas. Yang pada dasarnya pemikiran seperti itu sangat salah.

10.  Masa remaja terjadi kematangan biologis.
Seorang remaja sudah dapat melakukan fungsi reproduksi sebagaimana layaknya orang dewasa sebab fungsi organ seksualnya telah bekerja secara normal. Hal ini membawa konsekuensi bahwa seorang remaja akan mudah terpengaruhi oleh stimuli yang merangsang gairah seksualnya, misalnya dengan melihat film porno, cerita cabul, dan gambar-gambar erotis.
Kematangan biologis yang tidak disertai dengan kemampuan mengendalikan diri cenderung berakibat Negatif, yakni terjadi hubungan seksual pranikah dimasa pacaran. Sebaliknya kematangan biologis yang disertai dengan kemampuan mengendalikan diri akan membawa kebahagian remaja dimasa depannya sebab ia tidak akan melakukan hubungan seksual pranikah.

11.  Rendahnya pengetahuan tentang bahaya seks bebas.
Sehingga mereka beranggapan bahwa seks bebas adalah suatu hal yang wajar bagi pergaulan mereka. Faktor pengetahuan yang minim ditambah rasa ingin tahu yang tinggi, kurangnya pengetahuan akan dampak dan akibat akan hal yang kita lakukan dapat memudahkan kita terjerumus ke dalam hal hal yang negatif. Pada umumnya kita sebagai seorang remaja memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi, apabila menemukan atau melihat suatu hal yang baru maka otomatis kita akan ingin merasakannya atau mencobanya.


12.  Faktor lingkungan seperti orang tua, teman dan tetangga.
Di dalam faktor ini tidak sedikit anak remaja yang terjerumus kedalam pergaulan bebas di karenakan ada masalah di dalam keluarganya atau yang sering mereka sebut dengan broken home.Dan yang menjadi penyebab yang sering terjadi juga adalah karena terjerumus atau terpengaruh oleh temannya demi mendapatkan pujian atau ingin di bilang “gaul”.

13.  Salah bergaul
Teman merupakan orang yang sangat berpengaruh bagi para remaja dan mahasiswa. Apabila seorang remaja atau mahasiswa salah dalam memilih teman maka akibatnya akan fatal. Memilih teman berarti memilih masa depan, maka siapapun yang ingin masa depannya cerah ditengah bekapan arus globalisasi, serta luas ilmu dan wawasannya, maka ia harus pandai dalam memilih teman. Seseorang akan dipastikan rusak masa depannya jika bergaul dengan orang-orang yang membenarkan kemaksiatan.

14.  Kegagalan remaja menyerap norma
a.       Hal ini disebabkan karena norma-norma yang ada sudah tergeser oleh modernisasi yang sebenarnya adalah westernisasi. Boleh saja kita mengikuti modernisasi namun tetap harus disesuaikan dengan norma-norma adat dan budaya serta agama yang ada.
b.      Faktor perubahan zaman.
Faktor ini juga adalah hal yang cukup kuat menjadi penyebab pergaulan bebas di kalangan remaja. Karena di zaman sekarang banyak media yang mudah di akses oleh semua umur yang menyediakan tayangan tanyangan yang seharusnya hanya di tayangkan khusus orang dewasa.Namun karena rasa ingin tahu yang sangat tinggi yang mendorong para remaja menggunakan atau melihat media untuk orang dewasa tersebut.Setelah melihat,otomatis rasa ingin tahu itu pun akan terus berkembang seperti ingin mengetahui rasa dan ingin mencoba hal yang baru dia lihat.Oleh karena itu pengawasan orang tua adalah hal yang sangat penting dalam faktor ini.

Ada banyak sebab remaja melakukan pergaulan bebas. Penyebab tiap remaja mungkin berbeda tetapi semuanya berakar dari penyebab utama yaitu kurangnya pegangan hidup remaja dalam hal keyakinan atau agama dan ketidak stabilan emosi remaja. Hal tersebut menyebabkan perilaku yang tidak terkendali. Namun semuanya kembali ke diri kita sendiri, mau menjadi orang yang seperti apa kita ? Jauhilah pergaulan bebas dan hal hal negatif yang berdampak sangat merugikan bagi diri  kita sendiri.
Kita harus dapat menempatkan diri sebagai remaja yang baik dan benar sesuai dengan tuntunan agama dan norma hukum yang berlaku agar terhidar dari hal-hal tersebut.Ingat lah kita sebagai remaja adalah calon penerus bangsa di masa depan, oleh karena itu jika kita melakukan hal-hal yang negatif tersebut mau jadi apa negara kita nanti ! Maka mulai sekarang cobalah untuk mendekatkan diri kepada Tukan YME untuk mempertebal keimanan kita, karena iman adalah dasar yang paling utama di dalam diri kita sendiri.

C.    Akibat dari Seks Bebas

Selain memiliki hukum haram, seka bebas memiliki akibat atau dampak yang sangat negatif bagi sipelaku. seks bebas juga dapat menghilangkan rasa malu, padahal dalam agama malu merupakan suatu hal yang amat ditekankan dan dianggap perhiasan yang sangat indah khususnya bagi wanita. Selain itu seks bebas juga dapat berakibat:

a)      Hilangnya Kehormatan.
Hilangnya kehormatan, jatuh martabatnya baik di hadapan Tuhan maupun sesama manusia serta merusak masa depannya, dan meninggalkan aib yang berkepanjangan bukan saja kepada pelakunya bahkan kepada seluruh keluarganya. Kehormatan sangat penting bagi setiap manusia, terutama pada wanita. Jika kehormatan tersebut sudah hilang maka akan jelas terlihat perbedaannya dengan wanita yang masih menjaga kehormatannya.

b)      Prestasi cenderung menurun.
Apabila seorang remaja atau mahasiswa sudah melakukan seks bebas, maka fikirannya akan selalu tertuju pada hal negatif tersebut. Rasa ingin mengulanginya selalu ada, sehingga tingkat kefokusannya dalam mengikuti proses belajar disekolah atupun diperkuliahan akan menurun. Malas belajar, malas mengerjakan tugas dan lains ebagainya dapat menurunkan prestasi seorang remaja ataupun mahasiswa tersebut.

c)      Zina Mengeluarkan Bau Busuk.
Bau tersebut yang mampu dicium oleh orang-orang yang memiliki ‘qalbun salim’ (hati yang bersih) melalui mulut atau badannya, Hal ini sangat dipercayai oleh agama islam.

d)     Hamil Diluar Nikah.
Hamil diluar nikah akan sangat menimbulkan masalah bagi sipelaku. Terutama bagi remaja yang masih sekolah, pihak sekolah akan mengeluarkan sipelaku jika ketahuan peserta didiknya ada yang hamil. Sedangkan bagi pelaku yang kuliah hamil diluar nikah akan menimbulkan rasa malu yang luar biasa terutama orang tua.

e)      Aborsi dan bunuh diri.
Terjadinya hamil diluar nikah akibat seks bebas akan menutup jalan fikiran sipelaku, guna menutupi aib ataupun mencari jalan keluar agar tidak merusak nama baik dirinya dan keluarganya hal tersebut dapat berujung pada pembunuhan janin melalui aborsi bahkan bunuh diri.

f)       Tercorengnya Nama Baik Keluarga.
Semua orang tua akan merasa sakit hatinya jika anak yang dibangga-banggakan juga di idam-idamkan hamil diluar nikah. Nama baik keluarga akan tercoreng karna hal tersebut, dan hal tersebut akan meninggalkan luka yang mendalam dihati keluarga.

g)      Tekanan Batin.
Tekanan batin yang mendalam dikarenakan penyesalan. Akibat penyesalan tersebut sipelaku akan sering murung dan berfikir yang tidak rasional.

h)      Terjangkit Penyakit.
Mudah terjangkit penyakit HIV/AIDS serta penyakit-penyakit kelamin yang mematikan, seperti penyakit herpes dan kanker mulut rahim. Jika hubungan seks tersebut dilakukan sebelum usia 17 tahun, risiko terkena penyakit tersebut bisa mencapai empat hingga lima kali lipat.

i)        Ketagihan.
Seks bebas dapat menyebabkan seseorang ketagihan untuk melakukan hal kotor tersebut. Hal tersebut sangat berbahaya karna keinginan  yang tidak terkontrol.

j)        Gangguan kejiwaan.
Akibat seks bebas seseorang dapat mengalami gangguan kejiwaan atau setres, disebabkan karna ketidak mampuan menerima kehidupan, kurangnya persiapan mental untuk hamil serta takut terhadap hukuman Tuhan.


D.    Upaya Pencegahan Pergaulan Bebas

Seks bebas yang terjadi pada remaja dan mahsiswa dapat dicegah dengan beberapa upaya. Upaya-upaya tersebut antara lain:
1.      Mempertebal keimanan dan ketaatan kepada Tuhan YME.
Mendekatkan diri kepada tuhan akan menjauhkan kita dari perbuatan mungkar.

2.      Menanamkan nilai-nilai agama, moral dan etika.
Antara lain : pendidikan agama, moral dan etika dalam keluarga, kerjasama guru, orangtua dan tokoh masyarakat.

3.      Menanamkan Nila Ketimuran.
Kalangan remaja dan mahsiswa kita kebanyakan sudah tak mengindahkan lagi akan pentingnya nilai-nilai ketimuran. Tentu saja nilai ketimuran ini selalu berkaitan dengan nilai Keislaman yang juga membentuk akar budaya ketimuran. Nilai yang bersumberkan pada ajaran spiritualitas agama ini perlu dipegang. Termasuk meningkatkan derajat keimanan dan moralitas pemeluknya. Dengan dipegangnya nilai-nilai ini, harapannya mereka khususnya kalangan muda akan berpikir seribu kali untuk terjun ke seks bebas.



4.      Menghindari perilaku yang akan merangsang seksual.
Melalui pakaian, perilaku akan tercerminkan. Perilaku yang dapat merangkang seksual seperti bergaul sangat dekat dengan orang yang berlainan jenis.

5.      Pendidikan.
Pendidikan yang diberikan hendaknya tidak hanya kemampuan intelektual, tetapi juga mengembangkan kemauan emosional agar dapat mengembangkan rasa percaya diri, mengembangkan ketrampilan mengambil keputusan yang baik dan tepat, mengembangkan rasa harga diri, mengembangkan ketrampilan berkomunikasi, yang mampu mengatakan “tidak” tanpa beban dan tanpa mengikuti orang lain.

6.      Pendidikan sex (Sex Education).
Hal ini dapat diartikan sebagai penerangan tentang anatomi, fisiologi seks manusia, bahaya penyakit kelamin. Pendidikan seks adalah membimbing serta mengasuh seseorang agar mengerti tentang arti, fungsi dan tujuan seks, sehingga ia dapat menyalurkan secara baik, benar dan legal.
Pendidikan Kesehatan Reproduksi di kalangan remaja bukan hanya memberikan pengetahuan tentang organ reproduksi, tetapi bahaya akibat pergaulan bebas, Dengan demikian, anak-anak remaja ini bisa terhindar dari percobaan melakukan seks bebas. Dalam keterpurukan dunia remaja saat ini, anehnya banyak orang tua yang cuek saja terhadap perkembangan anak-anaknya.

7.      Penyuluhan tentang seks bebas.
Dalam penyuluhan tersebut dalam dijelaskan kepada kaula muda khususnya remaja dan mahasiswa tentang sebab-akibat dari pergaulan bebas. Sehingga mereka dapat menghindarikan diri dari hal-hal yang akan membawa mereka pada seks bebas.

8.      Menegakkan Aturan Hukum.
Sudah sepatutnya para penegak hukum menjaga tempat-tempat yang sering digunakan oleh para kaula muda untuk berpacaran.

9.      Jujur Pada Diri Sendiri.
Yaitu menyadari pada dasarnya tiap-tiap individu ingin yang terbaik untuk diri masing-masing. Sehingga seks bebas tersebut dapat dihindari. Jadi dengan ini remaja tidak mengikuti hawa nafsu mereka. Pada dasarnya mereka yang melakukan seks bebas menyadari bahwa hal yang mereka lakukan adalah salah.

10.  Memperbaiki Cara Berkomunikasi.
Memperbaiki cara berkomunikasi dengan orang lain sehingga terbina hubungan baik dengan masyarakat, untuk memberikan batas diri terhadap kegiatan yang berdampak negatif dapat kita mulai dengan komunikasi yang baik dengan orang-orang di sekeliling kita. Karna pada umumnya terjadi seks bebas dikarenakan tidak adanya kepedulian antar tetangga.

11.  Pacaran sehat.
Berpacaran sangat lekat hubungannya dengan seks, karena tidak sedikit mereka yang melakukan seks bebas bersama kekasihnya. Disitulah kita tanamkan budaya pacaran sehat tanpa seks. Berpacarn sehat itu seperti: tidak berhubungan seks, pacar sebagai pemberi motivasi.

12.  Menjauhkan diri dari beduan ditempat sepi.
Seks bebas bisa terjadi dengan didukungkan suatu tempat, jadi apabila seorang remaja atau mahasiswa yang masih polos akan mudah dirayu yang berujung pada seks bebas. Apabila sepasang remaja atau mahasiswa berdua ditempat yang sepi maka ada orang ketiga yaitu setan yang dapat menjerumuskan terjadinya seks bebas.

13.  Munakahat.
Munakahat atau menikah. Cara ini efektif sekali. Inilah yang ditawarkan oleh Islam sebagai salah satu solusi atas seks bebas. Karna pada dasarnya pacaran yang baik adalah pacaran setelah menikah, untuk menghindarkan fitnah dan perbuatan zina.

Itulah beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi adanya pergaulan bebas khususnya di kalangan remaja. Selain itu, kita juga harus mewaspadai hubungan dengan lawan jenis apakah hubungan ini mengarah pada sex bebas atau tidak, untuk memperoleh kepastian alangkah baiknya jika mengetahui tahapan-tahapan menuju sex bebas Berikut ini ada tahapan-tahapan yang dilakukan remaja dan mahasiswa sehingga mereka melakukan seks bebas:
1)      Dimulai dengan pegangan tangan
2)      Ciuman sebatas pipi dan kening
3)      Ciuman bibir
4)      Berpelukan
5)      Kemudian mulai berani melepas pakaian bagian atas
6)      Meraba bagian yang sensitif
7)      Hingga terakhir melakukan hubungan seks
Biasanya para remaja pada saat berpacaran baru berani melakukan tahapan dari nomor 1 sampai dengan nomor 5 (walaupun banyak juga yang berani melakukan tahapan nomor 6, tapi hanya sebagian kecil yang sudah berani melakukan hubungan seks dengan pacarnya).
Dalam hal ini peran orang tua sangat penting
. Point-point peranan orang tua dalam mencegahan sex bebas yaitu:
a.       Sebagai panutan (suri tauladan)
b.      Sebagai perawat dan pelindung
c.       Sebagai pendidik dan sumber informasi
d.      Sebagai pengarah dan pembatas
e.       Sebagai teman dan penghibur
f.       Sebagai pendorong
Hal tersebut dapat menjadikan anak lebih dekat dengan orang tuanya sehingga anak tidak akan sampai terjerumus kepada hal-hal yang negatif seperti sex bebas.



BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
 Terjadinya seks bebas di kalangan remaja dan mahasiswa dikarenakan banyak faktor, yang paling utama adalah pesatnya perkembangan jaman, hal tersebut membuat pergaulan menjadi bebas, sehingga banyak remaja dan mahsiswa yang bergaul tanpa batasan dan etika. Salah satu contohnya dalam berpacaran. Para remaja dan mahasiswa berpacaran tidak mempunyai batasan serta etika sehingga dalam berpacaran lebih banyak dampak negative dibandingkan dampak positif seperti halnya seks bebas. Persepsi yang salah tentang seks bebas menyebabkan mereka berfikir bahwa melalui seks bebaslah tersalurnya cinta dan kasih sayang. Pergaulan remaja yang bebas sebenarnya dikarenakan oleh segala macam perkembangan yang di salah artikan oleh remaja itu sendiri maupun lingkungannya. Seks bebas menyebabkan para remaja kehilangan bangku sekolahnya, sama halnya juga para mahsiswa yang terpaksa berhenti kuliah karna hamil diluar nikah. Selain itu, hamil diluar nikah dapat berujung pada pengguguran janin, baik melalui aborsi ataupun bunuh diri karena tidak siapnya menerima kenyataan (hamil diluar nikah) tersebut.
Yang terpenting sebenarnya adalah bagaimana remaja dapat menempatkan dirinya sebagai remaja yang baik dan benar sesuai dengan tuntutan agama dan norma yang berlaku di dalam masyarakat serta dituntut peran serta orangtua dalam memperhatikan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari anaknya, memberikan pendidikan agama, memberikan pendidikan seks yang benar. Oleh sebab itu permasalahan ini merupakan tugas seluruh elemen bangsa tanpa terkecuali. Usaha untuk pencegahan sudah semestinya terus dilakukan untuk menyelamatkan generasi muda kita. Agar lebih bermoral, agar lebih bisa diandalkan untuk kebaikan negara ke depan.


B.  Saran
Beberapa saran tentang seks bebas yang perlu diperhatikan adalah : 
1)      Kepada pihak orang tua, berikan semua yang terbaik untuk anak tetapi tetap memperhatikan dalam membimbing dan mengarahkan remaja dengan dalam memberikan pandangan yang benar mengenai persepsi pacaran agar terhindar dari seks bebas.
2)      Kepada generasi muda agar menetapkan tujuan dan arah hidup yang jelas, belajar lebih mengenal diri sendiri, meningkatkan ke imanan dan ketakwaannya dengan mengisi kegiatan yang bermanfaat serta bergaul dengan teman secara benar sehingga dapat terhindar dan terjerumus pada perilaku seks bebas. Tingkatkanlah pengetahuan tentang segala perkembangan dengan tetap meningkatkan pula keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
3)      Kepada para remaja baik pelajar maupun mahasiswa agar selain belajar juga ikut ambil bagian dalam kegiatan yang positif dan kreatif dalam rangka menyalurkan energi yang berlebih sehingga tidak mengarah pada penyaluran dorongan bilogis secara langsung, misalnya dengan kegiatan. Keolahragaan, pecinta alam, dan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat mengembangkan potensi dan bakat masing-masing.

                                   
Oleh : fellony Prista Oktamala
SMA Negeri 2 Malang
16762/ X BAHASA


Terima Kasih, Semoga bermanfaat


Angger Withea. Powered by Blogger.