Genre (Perancis) bersal
dari akar kata genus (Latin), memiliki tiga pengertian, yaitu : Sikap, macam,
dan jenis. Dalam sastra yang digunakan adalah pengertian ketiga. Weisstein
(1973: 309) menggunakan istilah Kind (macam) untuk menunjuk klasifikasi utama,
sedangkan genre digunakan untuk penggolongan selanjutnya yang kemudian
dibedakan lagi menjadi spesies. Klasifikasi utama yang jga digunakan di
Indonesia semula dilakukan oleh Aristoteles (Teeuw, 1998: 108-109) dalam
bukunya yang berjudul Poetics. Pada dasarnya Aristoteles membedakan
Klasifikasi, yaitu : a) Klasifikasi menurut sarana reprentasi, terdiri atas
prosa dan puisi, b) klasifikasi menurut objek reprensentasi, seperti tragedy,
komedi, dan roman, dan c) Klasifikasi menurut representasi cirri-ciri puitika,
seperti epic, lirik, dan dramatic. Klasifikasi terakhir itulah yang dianggap
sebagai genre utama.
Andre jolles (Scholes,
1977: 42-50) dalam bukunya yang berjudul Einfache Formen (1930) menyebutkan
genre universal dalam kaitannya dengan bentuk sastra sederhana sebagai dasar
bentuk sastra yang lebih kompleks, yaitu: legenda, saga, mite, teka-teki,
pepatah, kasus, memoir, cerita, dan lelucon.
Menurut Wellek dan
Warren (1989: 298) jenis sastra adalah lembaga, instituisi, seperti :
universitas, keuangan, keamanan, gereja, dan sebagainya. Orang dapat bekerja
mencipta melalui lembaga. Orang beraktivitas tanpa mengikuti secara keseluruhan
kebijakan yang ada dalam suatu lembaga. Melalui kemampuan yang dimilikinya
orang juga dapat menciptakan lembaga baru.
Gaya bahasa sebagai Energi Proses
Kreatif
Seluruh kehidupan
digerakkan oleh tenaga, energi tertentu, baik dalam bentuk fisik seperti daya
pengungkit, panas bumi, dan nuklir, maupun nonfisik seperti tanggungjawab,
kesadaran, keyakinan, paham, dogma, etos, dan sebagainya.
Aktivitas
kreatifmerupakan proses yang khas. Energy yang mendorong proses itupun memiliki
cirri-ciri yang berbeda. Faktor yang mendorong seorang pengarangmenulis karya
sastra harus dicari dalam kaitannya dengan kejiwaan, sebagai psikoliter.
Aktivitas kreatif bukan
semata-mata menyusun kata ke dalam kalimat, kalimat ke dalam bab dan
seterusnya. Dalam karya ilmiah proses penulisan dituntukan oleh isi yang sudah
dipersiapkan sebelumnya, mungkin sebagai hasil penelitian, tugas lembaga
tertentu, pesan sponsor, tugas akhir studi akademik, dan sebagainya.
Kekuatan gaya untuk
mendorong proses kreatif di satu pihak, kualitas estetis di pihak lain,
menunjukkan bahwa dalam struktur intrinsic gaya memegang peranan penting.
Lebih-lebih dalam puisi, gaya merupakan unsure utama, puisi adalah gaya bahasa
itu sendiri dengan berbagai system yang dioperasikan di dalamnya. Sebagai puisi
bebas, puisi modern seolah-olah dibentuk atas dasar permainan bahasa.
Gaya
Bahasa Sebagai energi Proses Kreatif
Seluruh kehidupan
digerakkan oleh tenaga, energi tertentu, baik dalam bentuk fisik seperti daya
pengungkit, panas bumi, dan nuklir, maupun nonfisik seperti tanggungjawab,
kesadaran, keyakinan, paham, dogma, etos, dan sebagainya.
Aktivitas
kreatifmerupakan proses yang khas. Energy yang mendorong proses itupun memiliki
cirri-ciri yang berbeda. Faktor yang mendorong seorang pengarangmenulis karya
sastra harus dicari dalam kaitannya dengan kejiwaan, sebagai psikoliter.
Aktivitas kreatif bukan
semata-mata menyusun kata ke dalam kalimat, kalimat ke dalam bab dan
seterusnya. Dalam karya ilmiah proses penulisan dituntukan oleh isi yang sudah
dipersiapkan sebelumnya, mungkin sebagai hasil penelitian, tugas lembaga
tertentu, pesan sponsor, tugas akhir studi akademik, dan sebagainya.
Kekuatan gaya untuk
mendorong proses kreatif di satu pihak, kualitas estetis di pihak lain,
menunjukkan bahwa dalam struktur intrinsic gaya memegang peranan penting.
Lebih-lebih dalam puisi, gaya merupakan unsure utama