twitter




1.     PENDAHULUAN
Dalam penganalisisan cerpen yang berjudul “Dilarang Mencintai Bunga-Bunga” karya Kuntowijaya, peneliti menganggap bahwa dalam cerpen tersebut terkandung sutu unsure budaya atau penggambaran tentang unsur budaya yang ingin disampaikan penulis kepada para pembacanya. Unsur budaya itu sendiri terdiri dari 7 macam, yang meliputi unsur religius (keagamaan), kemasyarakatan, pengetahuan, bahasa, seni, mata pencaharian, dan teknologi. Dari ketujuh unsur budaya tersebut, peneliti memfokuskan penelitian pada dua unsur budaya saja, yaitu unsur kemasyarakatan dan unsur pengetahuan. Adapun alasan peneliti memfokuskan pada dua unsur budaya tersebut, karena peneliti menganggap bahwa dalam cerita yang terdapat pada cerpen yang berjudul “ Dilarang Mencinntai Bunga-Bunga” karya Kuntowijaya tersebut, penulis berusaha menggambarkan tentang kehidupan suatu masyarakat dan dari penggambaran penulis tersebut pembaca dapat mengambil atau menafsirkan suatu perbandingan tentang kehidupan masyarakat. Selain itu, dari perbandingan tentang kehidupan masyarakat tersebut, pembaca juga dapat memperoleh suatu gambaran tentang pola berfikir dari masyarakat tersebut yang tergambar (terkandung) dalam isi cerita dari cerpen yang berjudul “Dilarang Mencintai Bunga-Bunga” karya Kuntowijoyo tersebut.
Di samping itu, pentingnya peneliti melakukan penganalisisan (penelitian) ini, yaitu sebagai bentuk atau penambah pengetahuan terhadap masyarakat (khalayak umum) bahwa karya sastra dari seorang penulis itu, bukanlah hanya sekedar tulisan belaka, tetapi dibalik tulisan tersebut penulis berusaha menyampaikan suatu informasi yang harus ditafsirkan oleh para pembacanya. Peneliti juga berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya, misalnya saja dapat sebagai pembantu, masukan dan referensi dalam ilmu pengetahuan sastra, khususnya pada pengkajian yang sesuai dengan topik pembahasan yang diambil peneliti.
Berdasarkan dengan topik yang diambil oleh penelitian dalam proses penelitian (penganalisisan) pada cerpen yang berjudul “Dilarang Mencintai Bunga-Bunga” karya Kuntowijoyo, maka permasalah yang yang akan dibahas oleh peneliti meliputi:
1.      Bagaimana unsur kemasyarakatan yang terdapat dalam cerpen yang berjudul “Dilarang Mencintai Bunga-Bunga” karya Kuntowijoyo?
2.      Bagaimana unsur pengetahuan yang terdapat dalam cerpen yang berjudul “Dilarang Mencintai Bunga-Bunga” karya Kuntowijoyo?
Setelah peneliti merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka peneliti mengambil beberapa tujuan dari pembahasan masalah tersebut, yaitu untuk:
1.      Mendeskripsikan tentang unsur kemasyarakatan yang terdapat dalam cerpen yang berjudul “Dilarang Mencintai Bunga-Bunga” karya Kuntowijjoyo.   
2.      Mendeskripsikan tentang unsur pengetahuan yang terdapat dalam cerpen yang berjudul “Dilarang Mencintai Bunga-Bunga” karya Kuntowijoyo.

2.  LANDASAN TEORI
·         Unsur-unsur Kebudayaan
Kebudayaan umat manusia mempunyai unsur-unsur yang bersifat universal. Unsur-unsur kebudayaan tersebut dianggap universal karena dapat ditemukan pada semua kebudayaan bangsa-bangsa di dunia. Menurut Koentjaraningrat ada tujuh unsur kebudayaan universal, yaitu:
1.      Sistem religius, ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam menguasai dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad raya. Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat, manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada penguasa alam semesta. Sistem religius, meliputi: sistem kepercayaan, sistem nilai dan pandangan hidup, komunikasi keagamaan, dan upacara keagamaan.
2.      Sistem kemasyarakatan (kekerabatan) atau organisasi sosial, Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. Meyer Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya.
Dalam kajian sosiologi-antropologi, ada beberapa macam kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya relatif kecil hingga besar seperti keluarga ambilinealklanfatri, dan paroh masyarakat. Di masyarakat umum kita juga mengenal kelompok kekerabatan lain seperti keluarga intikeluarga luaskeluarga bilateral, dan keluarga unilateral. Sementara itu, organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri. Sistem kemasyarakatan meliputi: kekerabatan, asosiasi dan perkumpulan, sistem kenegaraan, sistem kesatuan hidup, perkumpulan.
3.      Sistem pengetahuan, Secara sederhana pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan. Pengetahuan dimiliki oleh semua suku bangsa di dunia. Mereka memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, intuisi, wahyu, dan berpikir menurut logika, atau percobaan-percobaan yang bersifat empiris (trial and error). Sistem pengetahuan meliputi tentang: pengetahuan tentang flora dan fauna, pengetahuan tentang waktu, ruang dan bilangan, serta pengetahuan tentang tubuh manusia dan perilaku antar sesama manusia
4.      Sistem Bahasa, bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat.
Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Sistem berkomunikasi bahasa berbentuk: lisan dan tulisan.
5.      Sistem Kesenian, kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks. Sistem kesenian meliputi: seni patung/pahat, relief, lukis dan gambar, rias, vokal, musik, bangunan, kesusastraan, dan drama.
6.      Sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi, perhatian para ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini terfokus pada masalah-masalah mata pencaharian tradisional saja, di antaranya seperti: berburu dan mengumpulkan makanan, bercocok tanam, peternakan, perikanan, dan perdagangan.
7.      Sistem peralatan hidup atau teknologi. Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian. Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian paling sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional (disebut juga sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik), yaitu: alat-alat produkti: senjata, wadah, alat-alat menyalakan api, makanan, pakaian, tempat berlindung dan perumahan serta alat-alat transportasi.


3.     PEMBAHASAN
a.      Unsur kemasyarakatan yang terdapat dalam cerpen yang berjudul “Dilarang Mencintai Bunga-Bunga” karya Kuntowijoyo.
Dalam pembahasan tentang unsur kemasyarakatan yang terkandung dalam cerepn yang berjudul “Dilarang Mencintai Bunga-Bunga” karaya Kuntuwijoyo, peneliti menafsirkan bahwa isi dari cerpen tersebut sebagai bentuk peggambaran penulis tentang dua masyarakat yang berbeda, yaitu masyarakat perkotaan dengan masyarakt pedesaan. Pada penggambaran tentang masyarakat perkotaan penulis mencontohkannya dalam keluarga tokoh Buyung, sedangkan penggambaran tentang kondisi masyarakat pedesaan, penulis mencontohkannya dalam keluarga tokoh Kakek. Penggambaran masyarakat perkotaan dalam keluarga tokoh Buyung misalnya saja seperti, sikap dari tokoh Ayah yang tidak suka berbaur dengan para tetangganya, bekerja yang tidak mengenal waktu, dan menggangap bahwa kta hidup ditakdirkan untuk bekerja…bekerja…dan terus bejerja. Sedangkan penggambaran tentang masyarakat pedesaan dalam keluarga tokoh Kakek, yaitu seperti tokoh Kakek yang mempunyai pola pikir seperti orang pedesaan, yaitu menganggap hidup itu tidak harus memaksakan untuk mencari nafkah saja, bekerja asal bisa menyambung hidup itu dianggap sudah cukup, ramah, dan suka berbaur dengan tetangga.
Berikut beberapa cuplikan kalimat dalam cerpen yang menggambarkan dua kondisi masyarakat, yang terdiri dari masyarakat perkotaan dan masyarakat pedesaan.
*Gambaran Masyarakat Perkotaan dalam keluarga tokoh Buyung*
.... “Bukan main senang hati ayah mendapatkan pekerjaan di kota. Ayah sibuk dengan pekerjaan, karena malas adalah musuh terbesar laki-laki, kata ayah. Benar, di desa kita banyak tetangga tetapi membuat pikiran banci. Dan ayah tidak suka. Kesibukan ayah membuatnya tidak mengenal tetangga, hanya ibu sudah mulai banyak kawan, seperti biasanya ibuku di mana pun kami ditempatkan”…. ( DMBB: 138).
…. “dan di depanku telah berdiri ayah, dengan baju kotor dan tubuh berlumur gemuk, bau anyir memenuhi kamar. Sebuah mobil berhenti di jalan, tepat di muka pintu pagar rumahku”…. (DMBB: 148).
.... “untuk apa tangan ini, heh?” katanya sambil mengangkat kedua tanganku dengan kedua tangannya. Aku tidak tahu, jadi diam saja. “Untuk kerja!” sambung ayah. “Engkau laki-laki, engkau seorang laki-laki. Engkau mesti kerja”…. (DMBB: 148).
…. “Sekali ayah membawa dynamo dan dung-dung-dung mesin itu memenuhi udara. Sesekali ayah memerintah kepadaku, “Buyuuuung, berdiri kau di situ! Lihatlah, mereka yang membangun dunia!”…. (DMBB: 148).
…. “Pulang sekolah ayah menyuruhku kerja di bengkel. Ia tidak membirkan aku berhenti sekejap pun. Ia akan menegurku setiap kali melihatku berhenti. “bekerjalah. Jangan biarkan tanganmu menganggur, buyung”…. (DMBB: 150).
      Dari beberapa cuplikan dalam novel yang ditulis di atas, maka dapat dilihat secara jelas bahwa semua itu menunjukkan atau mencerminkan suatu kondisi masyarakat yang ada di perkotaan. Seperti, tidak suka bergaul atau berbaur dengan tetangga dan mempunyai pola berfikir bahwa hidup itu harus kerja…kerja…dan kerja.
*Gambaran Masyarakat Pedesaan dalam keluarga Tokoh Kakek*
…. “Dan sungguh tak terduga ia keluar juga. Ia berdiri dibawah, dekat temaptku di atas tembok, tersenyum. Ia seorang yang ramah, baik hati dan penyayang anak pula”…. (DMBB: 141).
…. “diletakkannya pada sebuah meja rendah dengan empat kaki. Kakek menatap bunga-bunga itu, katanya: “katakanlah cucu, apakahyang  lebih baik daripada ketenangan jiwa?”…. (DMBB: 145).
…. “Cup..cup, diamlah,” katanya. “Harap tidak lagi menangis, kau. Kalu nafsu mengalahkan budi, orang tidak mendapatkan ketenangan jiwa”…. (DMBB: 147).
      Dari beberapa cuplikan kalimat dalam cerpen yang ditulis di atas, maka gambaran situasi orang desa dapat dilihat dari tokoh Kakek, yaitu yang mudah bergaul atau berbaur dengan tetangga dan mempunyai pola berpikir yang sederhana (tidak muluk-muluk).
b.      Unsur pengetahuan yang terdapat dalam cerpen yang berjudul “Dilarang Mencintai Bunga-Bunga” karya Kuntowijoyo.
      Pada pembahasan tentang pengetahuan yang ada dalam cerpen ini, sesuai dengan penafsiran peneliti tentang unsur kemasyarakat yang terkadung dalam cerpen, yaitu penggambaran tentang masyarakat perkotaan dan penggambaran tentang masyarakat pedesaan, yang digambarkan dalam keluarga tokoh Buyung dan Keluarga tokoh Kakek. Maka peneliti menafsirkan bahwa unsur pengetahuan yang terdapat dalam cerpen yaitu pengetahuan tradisional dan pengetahuan modern. Penggambaran tentang pengetahuan tradisional diceritakan pada tokoh Kakek, sedankan penggambaran pengetahuan modern diceritakan pada tokoh Ayah (keluarganya).
Berikut beberapa cuplikan kalimat dalam cerpen yang menggambarkan dua pengetahuan, yang terdiri dari pengetahuan tradisional dan pengetahuan modern.
*Pengetahuan Tradisional pada tokoh Kakek*
…. “Tataplah sekuntum bunga dan dunia akan terkembang dalam keindahan di depan hidungmu. Tersenyulah seperti bunga. Tersenyumlah cucu!””…. (DMBB: 142).
.... “Pengetahuannya tentang bunga sungguh mengagumkan. Bunga-bunga tanaman kakek memenuhi halaman muka, samping belakang. Dan di dalam rumah. Rumah itu adalah taman bunga. “Rumah itu sebagian kecil dari sorga,”katanya…. (DMBB: 143).
…. “menyiram kehidupan, cucu,” ia menoleh kepadaku.”Engkau banyak pekerjaan sekarang, cucu?” Aku mengangguk.
Terlintas dikepalaku untuk bertanya sesuatu. “apa kerja kakek yang sebenarnya?”
Kakek berhenti. Mengawasi aku, lalu katanya, “sekarang ini?
Menyiram bunga, cucu.”…. (DMBB: 150).       

             Dari beberapa cuplikan kalimat yang terdapat dalam cerpen yang ditulis di atas, maka dari tokoh kakek dapat diambil suatu gambaran tentang seseorang yang memiliki pola berfikir yang sederhana.
*Pengetahuan Modern pada tokoh Ayah*
…. “Ayah baru saja dipindahkan ke kota ini, setelah bertahun mengajukan permohonan. Katanya, supaya akau mengenal hidup lebih luas dan tidak terkurung dalam lingkungan dusun yang sempit”…. (DMBB: 138).

…. “untuk apa di kamar, heh. Laki-laki mesti di luar kamar!”
Ayah menyuruh ibu supaya aku disuruhnya bermain di luar. “Engkau mesti memilih permainan yang baik,”kata ibuku”…. (DMBB: 144).

…. “Sekali ayah membawa dynamo dan dung-dung-dung mesin itu memenuhi udara. Sesekali ayah memerintah kepadaku, “Buyuuuung, berdiri kau di situ! Lihatlah, mereka yang membangun dunia!”…. (DMBB: 148).
.... “Engkau mesti bekerja. Sungai perlu jembatan. Tanur untuk melunakkan besi perlu didirikan. Terowongan mesti digali. Dam dibangun. Gedung didirikan. Sungai dialirkan. Tanah tandus disuburkan”…. (DMBB: 150).
     Dari beberapa cuplikan kalimat dalam cerpen yang ditulis di atas, maka diambil sebuah gambaran dari seorang tokoh Ayah yang mencerminkan sebagai seorang yang memiliki pola berfikir yang selalu berkembang (maju).

4.     PENUTUP
                        Berdasarkan pembahasan di atas tentang unsur kemasyarakatan dan unsur unsur pengetahuan yang terdapat dalam cerpen yang berjudul “Dilarang Mencintai Bunga-Bunga” karya Kuntowijoyo, maka peneliti menafsirkan bahwa penulis menulis cerpen tersebut bertujuan untuk memberikan gambaran tentang perbandingan suatu masyarakat dan memberikan gambaran tentang pola berfikir dari masyarakat tesebut. Misalnya saja dalam penggambaran kemasyarakatan yang terdiri dari masyarakat perkotaan dan masyarakat pedesaan. Penulis menggambarkan ciri dari masyarakat pedesaan melalui tokoh Kakek, sedangkan untuk masyarakat perkotaan penulis menggambarkan pada tokoh Ayah dengan keluarganya.
                        Setelah itu, dari penggambaran ciri kemasyarakatan, penulis menggambarkan pola pikir dari masing-masing masyarakat. Misalnya seperti tokoh Kakek yang digambarkan sebagai orang pedesaan yang memiliki pola berfikir yang sederhana, sedangkan tokoh Ayah yang digambarkan sebagai orang perkotaan yang memeliki pola berfikir yang selalu berkembang (maju).

5.      DAFTAR PUSTAKA



                                                                

2 comments:

  1. Kunjungan..

  1. terima kasih

Post a Comment

Terima Kasih, Semoga bermanfaat


Angger Withea. Powered by Blogger.