1.
PENDAHULUAN
Dalam
analisis puisi yang berjudul “Tuhan Telah Menegurmu” karya Apip Mustopa, peneliti menganalisis puisi
tersebut berdasarkan (dari segi) struktur batin puisi, yang lebih difokuskan
pada pokok pembahasan (analisis) tentang amanat yang terkandung dari puisi.
Adapun alasan mengapa peneliti lebih memfokuskan pembahasan pada unsur amanat
yang terkandung dalam suatu puisi yaitu, karena peneliti ingin bisa atau ingin
lebih mendalami lagi dalam penganalisisan suatu karya sastra (di sini
dikhususkan pada penganalisisan tentang puisi) dalam hal penganalisisan tentang
amanat atau pesan yang terkandung (yang ingin disampaikan) seorang penulis
(pengarang) kepada pembaca dalam penulisan suatu karya sastra. Sebab dengan
memahami amanat dari suatu karya sastra, maka kita dapat mengerti dan
mengetahui maksud atau tujuan dari seorang pengarang menulis suatu karya sastra
tersebut. Dengan kita dapat mengerti dan memahami amanat atau pesan dari
seorang penulis dalam menulis suatu karya sastra, maka kita sebagai pembaca
akan mendapatkan suatu kenikmatan tersendiri dengan kata lain suatu pelajaran
yang berharga yang dapat dipetik dari suatu karya sastra, yang mana pada
akhirnya dapat dijadikan sebagai bahan pengembangan moral, perilaku, religius
dan lain-lain dari setiap pembacanya.
Menurut
peneliti, pentingnya mengambil topik pembahasan tentang amanat yang terkandung
dalam suatu karya sastra (puisi) ini, seperti yang telah dikemukakan di atas
bahwa dengan kita dapat mengerti dan memahami tentang amanat yang terkandung
dalam suatu karya sastra (puisi), maka kita dapat memperoleh suatu kenikmatan
tersendiri dari hasil membaca suatu karya sastra (puisi). Misalnya saja dapat
berupa pengajaran moral, perilaku, religius (keagamaan), budaya (latar sosial)
dan lain-lain.
Dalam
puisi yang berjudul “Tuhan Telah Menegurmu” karya Apip Mustopa terkandung suatu
amanat (pesan) yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca yang sangat
berharga dan dapat dijadikan sebagai bahan renungan serta pemotivasian untuk
pembenahan diri dari setiap masing-masing pembacanya, yang sesuai dengan situasi
kehidupan masa kini.
Sebelum
peneliti menganalisis puisi yang berjudul “Tuhan Telah Menegurmu”, karya Apip
Mustopa ini, dalam media internet banyak dimuat tentang penganalisisan puisi
tersebut. Dari beberapa hasil analisisnya yang dimuat kebanyakan
penganalisisannya lebih mengacu pada unsur struktur batin dari puisi, yaitu
seperti makna, rasa, nada dan amanat. Seperti pada pjjpgsd.dikti.go.id yang dimuat oleh Dr. Suwarjo, M.Pd, yaitu
seorang staf pengajar PGSD FKIP di Unila, yang mana penganalisisan puisi yang
berjudul “Tuhan Telah Menegurmu” karya Apip Mustopa lebih pada amanat yang
terkandung dalam puisi.
Pada
anaselalusemangat.blogdetik.com, dimuat
tentang penganalisisan puisi yang berjudul “Tuhan Telah Menegurmu” karya Apip
Mustopa berdasarkan makna dan amanat yang terkandung dalam puisi. Pada Rosyidisiswanto.blogspot.com dimuat
tentang penganalisisan puisi yang berjudul “Tuhan Telah Menegurmu” karya Apip
Mustopa berdasarkan makna yang terkandung dalam puisi. Sedangkan pada nismakom.Wordpress.com dimuat tentang
penganalisisan puisi yang berjudul “Tuhan Telah Menegurmu” karya Apip Mustopa
berdasarkan makna dan pengaitan dengan nilai-nilai religius, yaitu seperti
pengaitan dengan suatu ayat yang ada dalam kitab suci Al-Qur’an. Dan pada atmawiharja.wordpress.com dimuat tentang
penganalisisan puisi yang berjudul “Tuhan Telah Menegurmu” karya Apip Mustopa
berdasarkan struktur batin puisi yaitu mencakup empat aspek pembahasan, yang
terdiri dari tema (makna), nada, rasa, dan amanat (pesan) yang terkandung dalam
puisi.
Dalam
analisis peneliti tentang puisi yang berjudul “Tuhan Telah Menegurmu” karya
Apip Mustopa, di sini peneliti berusaha membandingkan antara pendapat pembaca
(khalayak umum) dengan pendapat peneliti sendiri, yang mana dari hasil pembandingan
tersebut peneliti berharap hasil penelitiannya dapat bermanfaat bagi para
pembacanya, misalnya saja dapat sebagai pembantu, masukan dan referensi dalam
ilmu pengetahuan sastra, khususnya pada pengkajian yang sesuai dengan topik
pembahasan yang diambil peneliti.
Dalam
penelitian ini masalah yang dibahas meliputi:
1. Bagaimana
pendapat dari para pembaca tentang amanat dari puisi yang berjudul “Tuhan Telah
Menegurmu” karya dari Apip Mustopa?
2. Bagaimana
pendapat peneliti tentang amanat dari puisi yang berjudul “Tuhan Telah
Menegurmu” karya dari Apip Mustopa?
3. Bagaimana
perbandingan antara pendapat para pembaca (khalayak umum) dengan pendapat peneliti
tentang amanat dari puisi yang berjudul “Tuhan Telah Menegurmu” karya dari Apip
Mustopa?
Sesuai
dengan rumusan masalah yang telah dituliskan oleh peneliti, maka dapat diambil
beberapa tujuan dari penelitian yaitu di antaranya untuk:
1. Mendeskripsikan
pendapat dari pembaca tentang amanat yang terkandung dalam puisi yang berjudul
“Tuhan Telah Menegurmu” karya dari Apip Mustopa.
2. Mendeskripsikan
pendapat peneliti tentang amanat yang terkandung dalam puisi yang berjudul
“Tuhan Telah Menegurmu” karya dari Apip Mustopa.
3. Mendeskripsikan
perbandingan antara pendapat para pembaca dengan pendapat peneliti tentang
amanat yang terkandung dalam puisi yang berjudul “Tuhan Telah Menegurmu” karya dari Apip Mustopa.
2.
LANDASAN
TEORI
a.
Amanat
Pada umumnya puisi terdiri atas dua
bagian besar yakni struktur fisik dan struktur batin puisi. Struktur fisik
puisi terdiri atas perwajahan (tipografi), diksi, imaji, kata konkret, bahasa
figuratif (majas), dan verifikasi (rima, ritme, dan metrum). Sedangkan struktur
batin puisi terdiri atas tema (makna), rasa, nada, dan amanat (tujuan atau
pesan). Sesuai dengan judul yang diambil dalam penelitian tentang analisis
amanat dari puisi “Tuhan Telah Menegurmu”, karya Apip Mustopa, maka pembahasan
tentang struktur puisi akan difokuskan pada struktur batin puisi, khususnya
pada pembahasan tentang amanat.
Amanat (tujuan atau maksud) dari pengarang
menulis sebuah puisi merupakan suatu cara penyampaian pesan dari seorang
penyair kepada pembaca. Dalam buku Siswanto (2008: 125-126) dituliskan bahwa
sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan
dapat dicari sebelum penyair itu menciptakan puisi maupun dalam puisinya yang
telah diciptakannya. Dorongan sebelum penyair menciptakan puisi bisa berupa (1)
dorongan untuk memuaskan nafsu seksual yang terhambat (ada kemungkinan, yang
masih harus dibuktikan), (2) dorongan makan (mencari uang), (3) dorongan
keamanan diri, (4) dorongan berkomunikasi, (5) dorongan untuk
mengaktualisasikan diri, dan (6) dorongan untuk berbakti baik kepada Tuhan
maupun manusia.
Dalam buku Kinayati (2006: 27) dikemukakan
bahwa amanat dapat dibandingkan dengan kesimpulan tentang nilai atau kegunaan
puisi itu bagi pembaca. Setiap pembaca dapat menafsirkan amanat sebuah puisi
secara individual. Penyair, sebagai pemikir dalam menciptakan karyanya memiliki
ketajaman perasaan dan intuisi yang kuat untuk menghayati rahasia kehidupan dan
misteri yang ada dalam kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu, puisi mempunyai
makna yang tersembunyi yang harus diterjemahkan oleh pembaca (Richard, 1976: 180).
Sedangkan pada buku Waluyo (1987:
130-131), dituliskan bahwa amanat yang hendak disampaikan oleh penyair dapat
ditelaah setelah kita memahami tema, rasa, dan nada puisi itu. Amanat tersirat
di balik kata-kata yang disusun, dan juga berada di balik tema yang
diungkapkan. Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair mungkin secara sadar
berada dalam pikiran penyair, namun lebih banyak penyair tidak menyadarinya.
Hal ini disebabkan, karena penyair merasa bahwa menulis puisi merupakan
kebutuhan untuk berekspresi atau kebutuhan untuk berkomunikasi atau
mengaktualisasikan diri. Meskipun begitu, karena penyair memiliki kelebihan
dalam menghayati kehidupan ini, maka setiap karya seorang penyair pasti
mengandung amanat yang berguna bagi manusia dan kemanusiaan.
Selain
mengambil referensi dari beberapa buku tentang pengertian amanat seperti yang
telah disebutkan di atas, peneliti juga mengambil referensi dari media internet
tentang pengertian amanat, adapun beberapa pengertian tentang amanat yang
berdasarkan yang dimuat dalam media internet adalah sebagai berikut:
·
Amanat adalah 1) sesuatu yang dipercayakan atau dititipkan kepada orang lain; 2) pesan; 3) nasihat yang baik dan berguna dari orang tua; petuah; 4) perintah (dari atas); 5) wejangan (dari seorang pemimpin).
·
Amanat adalah 1) keseluruhan makna atau isi
pembicaraan untuk dimengerti dan diterima pendengar atau pembaca; 2) gagasan yang mendasari karya
sastra; pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar.
·
Amanat (pesan) ialah
sesuatu yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain. Penyampaian amanat
(pesan) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara lisan dan cara tulisan.
Cara pertama, penyampai amanat langsung berhadapan dengan penerima sebagai lawan
bicara atau pendengar, sedangkan cara kedua, penyampai amanat tidak berhadapan
langsung dengan penerima, tetapi menggunakan perantara/alat
bantu; dapat berupa cerita, buku (fiksi dan nonfiksi).
·
Menurut Akhmad Saliman (1996: 67), amanat adalah segala sesuatu yang
ingin disampaikan pengarang, yang ingin ditanamkannya secara tidak langsung ke
dalam benak para penonton dramanya.
·
Harimurti Kridalaksana (183) berpendapat bahwa, amanat merupakan keseluruhan makna
konsep, makna wacana, isi konsep, makna wacana, dan perasaan yang hendak
disampaikan untuk dimengerti dan diterima orang lain yang digagas atau
ditujunya.
·
Menurut Imron Rosidi, Amanat adalah sesuatu yang hendak
disampaikan oleh pengarang kepada pembaca melalui karyanya. Bedanya dengan
tema, kalau tema adalah persoalan yang dikemukakan sedangkan amanat adalah
sesuatu yang hendak disampaikan lewat persoalan itu. Dengan kata lain, mau
berbicara apa, bermaksud apa dengan persoalan itu?.
·
Menurut
Suroto (1993: 89), segala pemecahan persoalan
biasanya berisi pandangan pengarang tentang bagaimana sikap kita kalau menghadapi persoalan
tersebut, itulah yang
disebut amanat.
·
Amanat adalah ajaran
moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya. Amanat
dapat disampaikan secara implisit yaitu dengan cara memberikan ajaran moral
atau pesan dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita berakhir, dapat pula
secara eksplisit yaitu dengan penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat,
anjuran, larangan yang berhubungan dengan gagasan utama cerita.
·
Menurut Abdur rosyid Amanat adalah
ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya.
Sebagaimana tema, amanat dapat disampaikan secara implisit yaitu dengan cara
memberikan ajaran moral atau pesan dalam tingkah laku atau peristiwa yang
terjadi pada tokoh menjelang cerita berakhir, dan dapat pula disampaikan secara
eksplisit yaitu dengan penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat, anjuran,
atau larangan yang berhubungan dengan gagasan utama cerita.
·
Amanat adalah pesan
atau kesan yang disampaikan si pengarang kepada si pembaca. Sesuatu yang dapat
diambil dari karya setelah kita membacanya.
·
Amanat
adalah
tujuan yang dikemukakan oleh penyair tidak disadarinya, semua orang
mempunyai tujuan dalam
menciptakan karyanya, tujuan atau amanatnya
bergantung pada pekerjaan cita-cita dan pandangan hidup pengarangnya.
·
Amanat/tujuan/maksud (itention);
adalah suatu
pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca.
·
Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak,
ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa
dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam
puisinya.
·
Amanat
adalah pesan yang hendak disampaikan oleh penyair.
Amanat seringkali tersirat di balik kata-kata yang disusun dan
juga berada di balik tema yang diungkapkan. Seringkali amanat
ini tidak disadari penyair.
Amanat seringkali tersirat di balik kata-kata yang disusun dan
juga berada di balik tema yang diungkapkan. Seringkali amanat
ini tidak disadari penyair.
·
Menurut I.A. Richard, Intention (amanat) adalah tujuan penyair dalam
menciptakan puisi tersebut. Walaupun kadang-kadang tujuan tersebut tidak
disadari, semua orang pasti mempunyai tujuan dalam karyanya. Tujuan atau amanat
ini bergantung pada pekerjaan, cita-cita, pandangan hidup, dan keyakinan yang
dianut penyair.
·
Amanat, pesan atau nasihat merupakan kesan
yang ditangkap pembaca setelah membaca puisi. Amanat dirumuskan sendiri oleh
pembaca, sikap dan pengalaman pembaca sangat berpengaruh terhadap
amanat puisi.
·
Menurut Nurhayati (2008:40—43), amanat (intention) atau tujuan
merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan suatu puisinya. Dalam
hal ini penyair menciptakan puisinya dan tersirat secara tidak langsung muncul
melalui di balik tema yang diungkapkan.
·
Amanat
puisi adalah pesan moral seorang penyair yang diharapkan
menjadi sesuatu yang bermakna bagi para pembaca, menjadi hikmah,
renungan, atau nasihat. Amanat puisi biasanya mempunyai benang merah dan misi visi yang relevan dengan tema.
menjadi sesuatu yang bermakna bagi para pembaca, menjadi hikmah,
renungan, atau nasihat. Amanat puisi biasanya mempunyai benang merah dan misi visi yang relevan dengan tema.
·
Amanat atau pesan atau
nasihat adalah akibat yang timbul pada diri pembaca setelah membaca puisi.
Amanat dirumuskan sendiri oleh pembaca. Sikap dan pendengar pembaca sangat
berpengaruh kepada amanat puisi. Cara pembaca menyimpulkan amanat puisi sangat
erat kaitannya dengan cara pandang pembaca terhadap sesuatu hal. Meskipun
didasarkan atas cara pandang pembaca namun amanat tidak dapat lepas dari tema
dan isi dari puisi yang ditelaah.
·
Amanat merupakan
sesuatu yang hendak disampaikan maupun efek tertentu yang dikehendaki oleh
penyair melalui puisinya. Kepada Peminta-minta mengamanatkan seseorang agar
tidak mengabaikan orang-orang yang menderita (Dewaki, 2008: 168).
·
Amanat adalah pesan
yang ingin disampaikan penyair lewat puisinya.
Amanat berhubungan dengan makna karya sastra yang bersifat kias, lebih
dalam, dan luas. Amanat yang terkandung
di dalam sebuah puisi bergantung pada pandangan hidup sang penyair.
·
Amanat merupakan kesan
yang ditangkap pembaca setelah membaca puisi. Amanat dirumuskan sendiri oleh
pembaca. Tetapi meskipun ditentukan oleh cara pandang pembaca, amanat tidak
dapat lepas dari tema dan
isi
puisi yang dikemukakan penyair.
Berdasarkan
uraian di atas tentang pengertian amanat, baik berdasarkan dari buku yang
dipakai secara langsung oleh peneliti maupun yang diambilnya dari media
internet, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa amanat merupakan suatu tujuan
atau sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca, baik secara
langsung (lisan) maupun secara tidak langsung (tertulis) yang didasarkan pada
latar belakang dari setiap penyair (pengarang) dalam menciptakan sebuah karya
sastra.
3.
PENDAPAT PARA PEMBACA TENTANG AMANAT DARI PUISI KARYA
APIP MUSTOPA YANG BERJUDUL “TUHAN TELAH MENEGURMU”
Pada pembahasan ini, peneliti dalam
memperoleh hasil penelitian tentang pendapat para pembaca mengenai amanat dari
puisi Apip Mustopa yang berjudul “Tuhan Telah Menegurmu”, peneliti menggunakan
dua cara yaitu, cara pertama peneliti memperoleh hasil penelitian secara
langsung dari para pembaca dengan cara memberikan sebuah teks puisi kepada
pembaca, kemudian pembaca disuruh membaca dan memahami puisi tersebut, setelah
itu pembaca menuliskan amanat dari puisi tersebut berdasarkan persepsinya masing-masing.
Sedangkan untuk cara kedua, peneliti memperoleh hasil penelitian berdasarkan
pendapat para pembaca yang ada dalam media internet.
a. Pendapat Pembaca yang diperoleh Secara Langsung
Pada pembahasan ini, peneliti memperoleh hasil
penelitian dengan cara mengambil dari pendapat pembaca secara langsung, peneliti
memanfaatkan teman satu kelasnya untuk penelitian. Peneliti memberikan sebuah
teks puisi kepada 20 orang, tetapi dari 20 orang tersebut tidak semuanya
memberikan pendapatnya tentang amanat dari puisi karya Apip Mustopa yang
berjudul “Tuhan Telah Menegurmu”. Adapun beberapa pembaca yang memberikan
pendapatnya sebagai berikut:
·
Agus
Priyono, berpendapat bahwa amanat dari puisi karya Apip Mustopa yang berjudul
“Tuhan telah Menegurmu, yaitu penulis menyuruh untuk lebih bersyukur dan
penulis ingin mengatakan bahwa Tuhan Maha Pengasih dan Maha Pengampun, jadi
tidak ada istilah terlambat bagi manusia untuk bertaubat.
·
Anggoro
Tri Harmianto, berpendapat bahwa amanat dari puisi karya Apip Mustopa yang berjudul
“Tuhan Telah Menegurmu”, yaitu penulis memperingatkan kepada kita sebagai umat
manusia harus tanggap terhadap anak-anak yang kelaparan, suara adzan, dan
bahkan bencana yang menerjang. Karena semua itu merupakan petanda teguran dari
Tuhan, sebagai umat manusia harus percaya tentang kekuasaan Tuhan.
·
Antonia
Irawati, berpendapat bahwa amanat dari puisi karya Apip Mustopa yang berjudul
“Tuhan Telah Menegurmu”, yaitu penulis mengingatkan kepada kita agar tidak
melupakan Tuhan, kita tetap beriman kepadaNya. Terutama kita juga harus
menjauhi perbuatan dosa. Jika kita tetap berbuat dosa Tuhan tidak akan
segan-segan memberi hukuman/peringatan kepada kita. Tapi kadang-kadang kita
tidak sadar dengan peringatan yang Tuhan berikan.
Bencana
alam, kelaparan itu hanya peringatan yang Tuhan berikan, banyak manusia yang
meninggal karena bencana tersebut, tapi Tuhan tidak memusnahkan semuanya. Tuhan
memberi kesempatan untuk kita yang masih hidupuntuk segera bertaubat, dengan
selalu mengingat tuhan dengan semua karyaNya.
·
Marianus
Hamse, berpendapat bahwa amanat dari puisi karya Apip Mustopa yang berjudul
“Tuhan Telah Menegurmu”, yaitu penulis mengingatkan kepada kita (pembaca),
sebagai manusia kita harus percaya bahwa sedala yang terjadi adalah kehendak
Tuhan, kita harus bertaubat kalau ingin dekat dengan Tuhan.
·
Noviana
Wahyu Sari, berpendapat bahwa amanat dari puisi karya Apip Mustopa yang
berjudul “Tuhan Telah Menegurmu”, yaitu sebagai umat Tuhan kita harus peduli
dengan keadaan sekitarnya, seperti banyaknya bencana yang menimpa, karena itu
adalah cara Tuhan menegur umat manusia agar selalu ingat akan fitrahnya sebagai
manusia yaitu makhluk sosial, agar tidak egois dan memikirkan diri sendiri. Dan
hal yang lebih penting adalah mengingatkan manusia agar selalu ingat dan beribadah
kepada Tuhannya, karena manusia pasti akan kembali kepada Tuhan yang
menciptakannya.
·
Samin,
berpendapat bahwa amanat dari puis karya Apip Mustopa yang berjudul “Tuhan
Telah Menegurmu”, yaitu sebagai umat manusia kita harus mempunyai rasa tanggung
jawab dengan isinya alam ini, terutama memperhatikan anak-anak yang sedang
kelaparan bahkan Tuhan telah memberi teguran dengan seruan adzan untuk
memperingatkan umat manusia agar bias menyadari dengan adanya bencana yang
terjadi di alam ini, supaya umat manusia bias menyadari dengan kekuasaan Tuhan
yang telah dimiliki.
·
Siti
Fatimah, berpendapat bahwa amanat dari puisi karya Apip Mustopa yang berjudul
“Tuhan Telah Menegurmu”, yaitu sebagai umat manusia kita harus ingat selalu
akan Tuhan, karena Tuhan itu tidak pernah tidur, dan selalu beribadah kepada
Tuhan, karena kita hidup di dunia hanya sementara.
b. Pendapat Pembaca yang Ada Dalam Media Internet
Dalam
pembahasan ini peneliti memperoleh hasil penelitian dari pendapat para pembaca
yang ada dalam media internet tentang amanat dari puisi karya Apip Mustopa yang
berjudul “Tuhan Telah Menegurmu”. Adapun pendapat dari para pembaca tentang
amanat dari puisi karya Apip Mustopa yang berjudul “Tuhan Telah Menegurmu”,
sebagai berikut:
·
Hal yang ingin disampaikan
penyair dalam puisi yang
berjudul “Tuhan Telah Menegurmu” karya Apip Mustopa
adalah bahwa kita sebagai umat manusia harus lebih peka dengan kejadian yang
terjadi di lingkungan kita, kita harus menyadari bahwa Tuhan telah begitu sabar
memberikan peringatan pada kita, penyair juga ingin memberikan sebuah kenyataan
apa yang sebenarnya terjadi di sekitar kita untuk menjadi tanggung jawab
bersama.
Puisi
ini juga memberikan sebuah solusi bagaimana cara kita agar lebih peka terhadap
lingkungan kita, yaitu dengan jalan selalu mengingat tuhan yang disiratkan oleh
semayup suara azan.
·
Amanat
dari puisi yang berjudul “Tuhan Telah Menegurmu” karya Apip Mustopa adalah
sebuah teguran Tuhan disampaikan oleh penyair
pada setiap awal bait puisinya. Teguran berarti peringatan. Diperingatkan
berarti ada gejala-gejala ketidakberesan pada diri manusia. Teguran Tuhan tidak
sekasar yang kita lakukan. Teguran Tuhan cukup sopan misalnya Tuhan
hendak menegur anak supaya tidak berbuat semena-mena terhadap orang tuanya.
Demikian
juga jika Tuhan hendak menegur umat manusia yang sedang kelalaian. Dengan
bahasa yang cukuip sopan langsung lewat perut yang kelaparan lewat
semayup suara adzan, lewat gempa bumi yang mengguncang, lewat deru angin yang
meraung kencang, lewat hujan dan banjir yang melintang pukang.
Teguran-teguran itu sebetulnya mengajak manusia untuk merenung dan berpikir
lebih dalam lagi.
Pada
akhir bait puisi penyair hanya menuliskan satu baris, “ Adakah kau dengar ?”
Hal ini berarti penyair mengajak manusia untuk berpikir dan merenung atas
segala peristiwa yang sedang terjadi. Mengapa sampai terjadi musibah besar di
bumi ? Apakah manusia banyak berbuat maksiat dan dosa di atas bumi ? Dengan
demikian manusia dapat mawas diri, kekhilafan-kekhilafan yang ada pada dirinya
untuk bertaubat dan membersihkan diri. Renungan manusia atas pertanyaan
penyair itu juga dapat membuat manusia untuk mengingat Tuhan terus-menerus,
kapan saja, dan di mana saja manusia berada sehingga dapat meningkatkan iman
dan taqwa manusia.
·
Amanat
dari puisi yang berjudul “Tuhan Telah Menegurmu” karya Apip Mustopa, yaitu Tuhan
murka walau menyayangi umatnya sehingga Tuhan hanya menegur umatnya secara
halus tetapi umatnya tetap tidak menanggapinya sehingga Tuhan memberi teguran
yang lebih keras. Sekarang umatnya bingung. Penyair menyatakan teguran sopan
Tuhan melalui banyaknya kelaparan dan lewat azan. Dan Tuhan dapat menegur lebih
keras berupa bencana-bencana alam.
·
Amanat
dari puisi yang berjudul “Tuhan Telah Menegurmu” karya Apip Mustopa adalah menyadarkan
penikmat tentang manusia sebagai mahluk ciptaan tuhan agar selalu ingat pada
tuhan dan mahluk lainnya. Penulis begitu jeli memilih diksi dalam melantunkan
sentuhan-sentuhan imajinasinya terhadap kesan-kesan yang ditimbulkan. Bagaimana
penulis menggugah hati pembaca agar ingat kepada kebesaran tuhan, melalui
kejadian-kejadian yang digambarkannya seperti, kelaparan, suara adzan, gempa
bumi, hujan dan banjir sebagai tanda-tanda jaman yang disinyalir kejadian itu
adalah kealpaan manusia untuk lebih bertafakur kepada Tuhan.
4. PENDAPAT
PENELITI TENTANG AMANAT DARI PUISI KARYA APIP MUSTOPA YANG BERJUDUL “TUHAN
TELAH MENEGURMU”
Menurut peneliti, amanat dari puisi
yang berjudul “Tuhan Telah Menegurmu” karya Apip Mustopa, yaitu peneliti
menafsirkan dari tema puisi terlebih dahulu, jika dilihat dari kata yang
digunakan pengarang pada setiap larik puisi tersebut, maka peneliti mengambil
suatu tema tentang religious, yaitu mengenai peringatan (teguran) Tuhan
terhadap umatNya.jadi, berdasarkan tema yang ditafsirkan peneliti maka amanat
puisi dari Apip Mustopa yang berjudul “Tuhan Telah Menegurmu”, yaitu penulis
berusaha menyampaikan suatu pesan (peringatan) kepada para pembaca agar lebih
mendekatka diri kepada Sang Pencipta. Apabila kita berada di jalan yang salah,
maka penulis menganjurkan untuk segera bertaubat (kembali ke jalan Tuhan), tapi
apabila kita sudah berada di jalan yang benar (jalan Tuhan) maka kita harus
lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.
Peneliti beranggapan bahwa penyair
dalam menulis puisi tersebut, beliau terinspirasi oleh keadaan pada saat itu.
Misalnya saja, sering terjadinya bencana dan anak-anak yang kelaparan, semua
itu adalah bentuk teguran (peringatan) Tuhan kepada umatNya yang sudah lalai
terhadap Sang Penguasa Alam. Jadi, melalui puisi yang ditulis, penyair berusaha
menyampaikan suatu pesan terhadap para pembacanya.
5. PERBANDINGAN
ANTARA PENDAPAT PARA PEMBACA (KHALAYAK UMUM) DENGAN PENDAPAT PENELITI TENTANG
AMANAT DARI PUISI YANG BERJUDUL “TUHAN TELAH MENEGURMU” KARYA APIP MUSTOPA
Apabila dilihat dari beberapa
pendapat pembaca tentang amanat dari puisi “Tuhan Telah Mengurmu” karya apip
Mustopa, baik yang diambil secara langsung oleh peneliti maupun berdasarkan
pendapat pembaca yang ada dalam media internet, kemudian dibandingkan dengan
pendapat yang dikemukakan oleh peneliti, mungkin antara pendapat pembaca
(khalayak umum) dengan peneliti tidak jauh berbeda penafsiranya tentang amanat
yang terkandung dalam puisi yang berjudul “Tuhan Telah Menegurmu” karya Apip
Mustopa tersebut. Karena apabila dilihat dari puisi, sudah sangat jelas amanat
yang ingin disampaikan penyair kepada para pembacanya. Di samping itu kata-kata
yang digunakan penyair, merupakan kata-kata yang digunakan dalam keseharian
yang tidak membutuhkan penafsiran yang terlalu mendalam.
Jadi, dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa pendapat antara pembaca (khalayak umum) dengan peneliti
tentang amanat dari puisi yang berjudul “Tuhan Telah Menegurmu” karya Apip
Mustopa, tidak jauh berbeda yang menganggap bahwa amanat yang terkadung dalam
puisi tersebut adalah sebuah teguran (peringatan) Tuhan kepada umatNya yang
telah lalai dan jauh dariNya.
6. PENUTUP
Dari hasil penelitian tentang amanat
yang terkandung dalam puisi yang berjudul “Tuhan Telah Menegurmu” karya Apip
Mustopa dapat disimpulkan bahwa dari beberapa pendapat pembaca (khalayak umum)
tentang amanat dari puisi tersebut, pembaca menafsirkan bahwa tujuan yang ingin
disampaikan penyair kepada pembaca yaitu agar umat manusia sgera bertaubat dan
lebih mendekatkan diri kepada yang Maha Kuasa serta agar lebih peduli kepada
sesama, dalam artian tidak mementingkan dirinya sendiri. Karena Tuhan telah
memberikan beberapa pertanda kepada umat manusia sebagai peringatan (teguran)
kepada semua umat manusia yang hidup di dunia. Misalnya saja seperti sering terjadinya
musibah seperti banjir, angin kencang, dan anak-anak kelaparan.
Sedangkan pendapat dari peneliti
juga tidak jauh berbeda dengan pendapat dari para pembaca (khalayak umum)
tentang amanat yang terkandung dalam puisi yang berjudul “Tuhan Telah Menegurmu”
karya Apip Mustopa, peneliti melihat dari segi tema yang digunakan dalam puisi
tersebut yaitu religius, maka peneliti beranggapan bahwa amanat yang ingin
disampaikan penyair yaitu sautu peringatan kepada pembaca agar tidak melupakan
Sang Pencipta Alam semesta ini dan lebih mendekatkan diri kepadaNya. Peleliti
jug beranggapan bahwa penulis dalam menulis puisi tersebut, terinspirasi dengan
kedaan yang terjadi pada saat itu. Jadi dengan menulis puisi itu, penyair
berusaha menyampaikan pesan kepada para pembacanya.
Jadi dari kedua pendapat tersebut
(berdasarkan pembaca/khalayak umum dan peneliti) perbandingan penafsirannya
tidak jauh berbeda atau bisa juga dikatakan memiliki kesamaan. Hal ersebut
disebabkan karena, dari puisi dapat dilihat dari penggunaan kata-kata oleh
penyair, lebih cenderung menggunakan bahasa sehari-hari dengan begitu setiap
pembaca tidak perlu menafsirkan secara mendalam, karena dari kata-kata yang
digunakan tersebut, pembaca sudah dapat menangkap amanat dari puisi.
7. DAFTAR
PUSTAKA
Siswanto,
Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra.
Jakarta: PT Grasindo
Djojosuroto,
Kinayati. 2006. Pengajaran Puisi Analisis
dan Pemahaman. Bandung: Nuansa
J. Waluyo,
Herman. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi.
Jakarta: Erlangga
http://irfansetyawan029e.wordpress.com/tugas-tugas/data-data-bahasa-indonesia/puisi/ciri-ciri-puisi/